Melanjutkan cerita dewasa sedarah kemarin buat yang udah ga sabaran silahkan aja langsung di baca cerita dewasa nya jika mau membaca koleksi yang lain silahkan melihat lihat di halaman sebelumnya atau sesudahnya blog ini gadis jelita blog
Beberapa saat masih terngiang
tentang kejadian tadi. Adikku yang tersayang telah aku saksikan dalam
kondisi paling privat. Tiba-tiba secara fisik aku merasa Dody seperti
bukan adik kecilku yang dulu selalu bergulat berguling-guling di lantai
denganku yang sampai kemarin masih suka bermanja-manja di pangkuanku.
Masih terngiang bentuk batang kemaluannya yang menurutku besar. Dalam
hal ini aku betul-betul buta tentang ukuran-ukuran itu, bayanganku dulu
batang kemaluan paling besar dan panjang adalah sebesar kemasan Redoxon
saja. Tetapi di kemudian hari kuketahui bahwa memang ada batang kemaluan
yang segitu bahkan lebih kecil, tetapi ada juga yang sebesar botol Aqua
ukuran sedang itu.
Aku membandingkannya dengan
bentuk kemaluanku sendiri yang kecil, jika ada benda yang jauh lebih
besar dari lingkarannya bagaimana bisa masuk, tapi kemudian terpikir
olehku jika bayi saja bisa keluar mengapa benda yang lebih kecil darinya
tidak bisa masuk. Aku tidak bisa membayangkan kalau dulu aku sering
melihat Dody telanjang dan burungnya itu paling-paling cuma sebesar
jempol tanganku, tapi sekarang sungguh berbeda, melihatnya batang
kemaluan Dody yang sebesar dan sepanjang itu benar-benar membuat shok.
Apalagi dalam keadaan sedang berfungsi seperti itu.
Tiba-tiba aku dikagetkan oleh
pintu kamarku yang terbuka dan melihat Dody sedang memegang botol Sari
Ayu-ku dan terpaku di pintu.
"Eh.. Mbak.. udah pulang ya?" tangannya berusaha menutupi botol lotion itu tapi tak berhasil.
"Itu Sari Ayu-ku khan? Buat apa
hayo?" Didikan papaku tiba-tiba saja keluar, tegas dan tanpa basa-basi.
Dody berdiri di pintu dan memandangku. Aku masih duduk di tepi ranjang,
aku melihatnya berkeringat deras sekali.
"Ke sini!" aku sedikit
menguatkan suaraku, dan dia bergerak mendekatiku terus duduk di
sampingku. Aku memeluknya dan terdiam beberapa saat. Aku tidak sanggup
memilih kata-kata, aku menyadari apa yang dilakukannya barusan jauh
lebih baik daripada dia melakukannya benaran untuk melampiaskan
nafsunya.
"Sudah sana mandi dulu, Mbak
udah tahu semua!" dia pun bangkit dan bergerak keluar kamarku.
Sempat-sempat aku melirik pantatnya yang bagus bulat dan tampak kokoh,
tercetak di balik celana pendeknya.
Kejadian ketiga inilah inti dari
keseluruhan ceritaku. Saat itu Dody sudah naik kelas tiga dan aku
sendiri sudah berani raba-rabaan sama Pin-pin. Meski jarang yang sampai
telanjang bulat, kadang-kadang apa yang dilakukan Pin-pin bisa membuatku
melayang, aku tidak tahu apakah itu yang disebut orgasme atau tidak.
Cuma setelahnya memang membuatku sayang banget sama Pin-pin.
Kadang-kadang aku melakukan masturbasi juga. Sebaliknya Dody dalam
pengamatanku sekarang jadi anak yang serius dan cenderung jadi pendiam.
Sesekali Pin-pin mengajakku
nonton film blue, kadang-kadang di rumahnya yang besar kadang-kadang
juga di kamarku, untuk menambah pengetahuan alasannya. Meskipun tidak
sering, sesekali setelah nonton film itu, kami bercumbu. Pertama sih
cuma cium-ciuman saja, lama kelamaan aku jadi semakin berani dilucuti.
Kalau dulu diraba saja sudah gemetaran, sekarang kalau cuma dicium
rasanya seperti ada yang kurang. Kadang-kadang rabaannya membuatku
melayang dan membuatkan membiarkannya melepaskan pakaianku. Sering
cumbuannya begitu merangsangku sehingga kadang ketika tersadar Pin-pin
sudah berada di antara pahaku yang terbentang dan aku merasakan batang
kemaluannya sudah menempel di pintu lubang kemaluanku dan kurasakan
seperti sedang menekan-nekan masuk. Kadang kepalanya sudah hampir masuk
semua. Sampai tahap itu biasanya aku tersadar, bangkit dan mendorongnya
perlahan-lahan, memeluknya sambil berbisik.
"Kamu kan janji, nggak sampai begini khan?"
Biasanya Pin-pin tersadar dan
tidak marah. Kadang sebagai tanda terima kasihku, aku membaringkannya
dan sambil duduk di atas lututnya bertelanjang bulat, aku menyelesaikan
nafsunya itu. Aku urut batang kemaluannya perlahan-lahan, dan mengadopsi
dari ilmunya si Dody, aku mengoleskan Sari Ayu untuk bahan pelicin.
Ejakulasinya kadang-kadang kuat sekali menerpa dada dan perutku. Begitu
kuat sampai lututnya kurasakan gemetar dan kejang kurasakan di
selangkanganku yang mendudukinya. Secara umum aku masih perawan sampai
saat ini (jika ukurannya sudah penetrasi atau belum).
Kejadiannya dengan Dody terjadi
di suatu sore hari. Hari itu hari libur dan di kampus ada acara hiking
pada hari sebelumnya dan baru selesai pada sekitar jam 3 sore. Pokoknya
super lelah deh. Saat itu hujan deras sekali, dan sekalian
berbasah-basah aku boncengan sama Pin-pin pulang. Pin-pin hanya
mengantarku sampai depan rumah dan langsung pulang. Aku sambil
berbasah-basah, aku membuka kunci pintu rumah, langsung ke kamar mandi
belakang untuk melepas bajuku yang basah kuyup. Aku lihat Dody sedang
tertidur nyenyak di atas karpet di ruang tengah. Sementara itu hujan di
luar tampak semakin deras saja.
Aku segera melepas kaosku yang
basah kuyup, bra, celana jeans dan celana dalamku. Aku merasakan kulit
pinggulku seperti berkerut-kerut kedinginan terkena air hujan, terutama
di bagian karet celana dalamku yang membentuk tekstur akibat tergencet
dua hari berturut-turut. Perutku rasanya dingin sekali, payudaraku
mengeras dan terutama putingnya yang tegak mengacung akibat kedingingan.
Aku memakai piyama warna pink muda yang tadi aku sambar dari jemuran
dan tanpa mengenakan apa-apa di baliknya aku mengenakannya setelah
membilas diri di shower. Guyuran airnya rasanya hangat dibandingkan
terpaan air hujan tadi.
Aku keluar dari kamar mandi
berpiyama dan memasukkan pakaian kotor tadi di tempat cucian dan
bergegas masuk rumah. Dody masih tertidur dengan nyenyak di karpet, TV
masih menyala, sementara itu hujan terdengar semakin keras saja disertai
angin dan petir. Perutku tiba-tiba terasa begitu lapar, sementara itu
badanku rasanya pegal-pegal. Aku ambil roti di atas meja dan memakannya
dengan rakus sambil rebahan di sofa. Dody bercelana pendek dan berkaos
oblong sedang tertidur nyenyak terdengar dari suara dengkurannya
perlahan-lahan. Di celana pendeknya terlihat bongkahan besar buah
zakarnya dan samar-samar tercetak sebentuk batang seukuran lem UHU stick
ukuran kecil tampak mengarah ke atas agak miring ke kiri. Kaosnya agak
terangkat sedikit ke atas sehingga perutnya terlihat samar-samar
ditumbuhi bulu-bulu halus.
Aku habiskan setangkup sandwich
dan mulai memakan setangkup berikutnya sambil rebahan di sofa panjang di
ujung karpet di mana Dody sedang tertidur. TV sedang menayangkan MTV
most wanted, VJ-nya Sarah, kemudian ada lagu dari Westlife. Boleh juga
boys-band sekarang, mereka keren-keren. Karena lelahnya, aku rebahan di
sofa sambil merasakan secara perlahan-lahan tubuhku mulai menghangat
meskipun hanya diselimuti piyama tipis itu tanpa apa-apa di baliknya.
Aku ambil bantal kecil dan menyelipkannya di antara pahaku dan merasakan
hangatnya meresap ke dalam tubuku bagian bawah. Dody membalikkan
badannya dan tengkurap dan terus tidur nyenyak.
Maksudku saat itu rebahan
sebentar kemudian aku masuk kamar ganti baju dan terus tidur di kamar,
eh nggak tahunya tanpa terasa aku benar-benar tertidur di sofa saat itu.
Biasa saja sebenarnya aku tertidur di sofa dan bukan kali itu saja.
Tapi kali itu karena lelahnya aku tidak sempat berganti piyama, atau
setidaknya memakai sesuatu di baliknya. Sehingga aku tidak menyadari
saat aku tertidur, sesosok mata sedang menyaksikanku dari jarak yang
begitu dekat. Begitu lelahnya aku sehingga tanpa kusadari kain piyamaku
tersingkap dan ketika kaki kananku terangkat dan menyandar di sandaran
sofa, selangkanganku yang penuh rambut betul-betul terbuka lebar hanya
sekian meter saja dari seorang anak muda yang sedang dalam
puncak-puncaknya mencari pengetahuan tentang seks.
Sementara aku sendiri sedang
bermimpi. Dalam mimpiku aku merasa sedang dituntun Pin-pin sedang
menuruni bukit. Tapi saat itu aku merasakan hanya kami berdua saja dan
merasakan tiba di suatu padang yang luas dan penuh dengan rumput-rumput
yang tinggi dan hijau muda, dengan bunga-bunganya yang indah. Pin-pin
mengajakku beristirahat dan kami rebahan sambil memandangi dataran di
bawah yang tampak kotak-kotak seperti puzzle. Pin-pin memelukku dan aku
merasakan dadanya yang luas dan kuat sedang merengkuhku dengan hangat
mengalahkan dinginnya hembusan angin gunung itu.
Kemudian aku merasakan nikmatnya
ketika jemari-jemarinya mulai meremas-remas payudaraku, putingku
dijepitnya dengan jari tengah dan telunjuk. Aku mulai merengkuh
pinggulnya dan menggerakkan tanganku ke selangkangannya dan menemukan
bahwa batang kemaluannya itu telah terbuka sehingga aku bisa merasakan
tekstur kulit yang seperti berulir oleh urat-urat yang menonjol.
Sementara itu aku merasakan tangannya bergerak menyusup di antara pahaku
dan tiba-tiba aku merasakan telah telanjang bulat. Jemarinya
membelai-belai selangkanganku dan mengucek klitorisku dengan cepat. Aku
merasakan gairah yang semakin naik, dan tiba-tiba aku merasakan ada
anak-anak kecil berlarian di antara kami. Aku melihat senyuman Pin-pin
dan ketika aku meraih wajahnya aku merasakan sesuatu yang hangat mulai
masuk perlahan-lahan ke dalam tubuhku melalui selangkanganku.
Gairahku semakin naik seiring
dengan masuknya batang kemaluannya itu. Dody meletakkan kedua sikunya di
antara dadaku sehingga dadanya menghimpit payudaraku dan tiba-tiba
kurasakan sesuatu yang keras menghentak masuk luabang kemaluanku dan aku
merasakan sedikit rasa perih tepat ketika sesuatu menggelitik
klitorisku. Tampaknya seluruh batangnya telah masuk. Dia mengangkat
pahaku dan membukanya lebar-lebar sebelum dia menarik pinggulnya
sehingga batangnya tertarik keluar perlahan-lahan. Rasanya mulai terasa
nikmat. Aku merangkulkan tanganku ke lehernya dan tiba-tiba dia
menghentakkan pinggulnya dengan kuat.
Ketika aku membuka mata aku akan
menjerit tapi segera tertutupi sepasang bibir hangat. Tubuhku
tergeletak sebagian di sofa, posisiku sedikit miring sehingga pinggulku
berada di pinggiran sofa. Piyamaku terbuka lebar sehingga perut dan
dadaku terbuka. Sepasang tangan merangkul punggungku dengan kuat di
antara piyamaku yang terbuka. Paha kananku terbentang ke sandaran sofa,
tertindih pinggul dan perutnya sementara paha kiriku berjuntai ke lantai
tertahan sebentuk paha kokoh. Tapi bukan itu yang membuatku menjerit.
Sesuatu yang keras dan hangat terasa mengganjal di dalam kemaluanku yang
terasa seperti tertusuk-tusuk jarum tapi ada sedikit rasa enak ketika
ditarik dan ditusukkan lagi perlahan-lahan.
Kesadaranku masih sedikit
melayang antara mimpi dan kenyataan dan ketika mulai sadar penuh aku
meronta. Dody menindihku dan sedang bergerak-gerak perlahan
menusuk-nusukkan batang kemaluannya ke dalam liang kenikmatanku. Kedua
tangannya merengkuh punggungku di antara piyamaku yang terbuka sehingga
membuat kedua tanganku berada di antara lehernya. Dadaku terhimpit kuat
di bawah dadanya yang telanjang. Pinggulnya terus bergerak-gerak dengan
kuat. Aku meronta-ronta sambil menjerit tapi kembali bibirnya menutupi
bibirku sehingga jeritanku seperti tertelan suara hujan yang masih saja
deras.
Aku menjambak rambutnya dan
meronta-rontakan kedua pahaku tapi himpitannya benar-benar kuat. Kedua
tangannya mengelus-elus punggungku. Tapi tampaknya tenagaku tak cukup
kuat melawan kehendaknya, apalagi kondisiku saat itu begitu lelahnya.
Sehingga akhirnya yang terjadi aku menyerah, dan merasakan tubuhnya
memompaku dengan cepat dan kuat. Gesekan-gesekan batang kemaluannya
betul-betul mengkanvaskanku. Antara rasa nikmat yang kadang-kadang
sempat muncul dan rasa perih yang juga bersamaan terasa, membuatku
benar-benar di bawah kungkungan nafsunya.
Rasanya lama sekali dia
melakukan itu, cukup lama untuk merubah rasa perih yang ada menjadi rasa
nikmat yang aneh. Sampai suatu saat Dody melepaskan rangkulannya dan
mulai bergerak cepat sekali menggesek-gesekkan batang kemaluannya.
Meskipun tubuhku lepas dari kungkungan itu, tapi tubuhku sudah tidak
sanggup lagi bereaksi terhadap perbuatannya dan membiarkannya
menyelesaikannya.
Beberapa saat kemudian Dody
seperti mengejang dan tiba-tiba aku merasakan sesuatu yang hangat di
dalam liang kenikmatanku, sesuatu yang tiba-tiba mengalirkan rasa nyaman
yang teramat sangat di tubuhku sebelum aku sadar apa yang terjadi dan
bangkit sambil berteriak dan mendorong tubuhnya sehingga menekuk batang
kemaluannya yang sedang menusuk-nusuk sangat cepat ke dalam tubuhku.
"Dod.. jangan di dalam..!" Tapi
aku terlambat, Dody telah menyuntikkan sejumlah besar sperma ke dalam
lubang kemaluanku. Dody berkeringat deras dan masih bergerak-gerak cepat
ketika aku meronta dan menyebabkan batang kemaluannya terlepas dari
dalam lubang kemaluanku. Aku melihatnya tampak berkilat, kokoh dan
mendongak ke atas, kepala pelernya tampak penuh dan berkilat merah tua,
ujung masih sempat menyemprotkan cairan spermanya dan jatuh
bergerai-gerai di atas rambut kemaluanku, tampak setitik cairan putihnya
menetes jatuh ke karpet.
Dengan lemah aku bangkit dan
menamparnya keras sekali, dan dengan sisa-sisa tenaga aku berlari masuk
ke kamar dan membanting pintunya dengan kuat. Aku menangis
sejadi-jadinya di atas ranjang. Kejadian di sore hari itu membuatku tak
bisa berpikir sampai berhari-hari. Bayangkan adikku sendiri memperkosaku
justru di saat aku mulai menganggapnya berubah. Meskipun aku sendiri
tidak menganggapnya sepenuhnya salah. Aku merasa salah juga saat itu
mengapa memberikannya peluang, di saat aku betul-betul lengah.
Setidaknya aku berpikir masih untung dia bukanlah adik kandungku
sendiri. Aku bahkan tidak bisa bercerita kepada siapa pun. Tidak kepada
Papa dan Mama, apalagi kepada Pin-pin. Salah satu pikiran terberatku,
bagaimana kalau aku hamil mengingat begitu banyak spermanya yang masuk
ke dalam liang kenikmatanku. Justru bukan di persenggamaannya aku
terbebani, malahan kadang-kadang aku masih sering memimpikan apa yang
dilakukannya padaku itu. Juga aku bertanya-tanya kenapa tidak ada darah
yang keluar, bukankah aku sendiri merasa belum pernah melakukan itu.
Kelegaan aku alami ketika sampai
sekian bulan aku tidak pernah telat mendapatkan haid. Tapi sampai
berbulan-bulan kemudian aku jarang bertegur sapa dengan Dody, kami
seperti dua orang di dua dunia yang berbeda. Dody sibuk dengan urusannya
sendiri begitu juga aku. Juga hubunganku dengan Pin-pin jadi agak
canggung, kami jadi jarang bercumbu. Aku takut ketahuan Pin-pin bahwa
seseorang telah merasakanku sebelumnya. Sekarang Dody telah kuliah di
Bandung dan kami jarang-jarang sekali ketemu. Setiap ketemu selalu ada
rasa tertentu yang muncul setiap kali dia memandangku. Papa dan Mama
selalu bangga pada kami berdua.
TAMAT
maknyussssssssssssss
BalasHapusSugeng Rawohhhhhhhhh
Sugeng Rawohhhhhhhhh
Sugeng Rawohhhhhhhhh
Sugeng Rawohhhhhhhhh
Sugeng Rawohhhhhhhhh