Total Tayangan Halaman

Selasa, 03 Juni 2014

Senin, 02 Juni 2014

AKU MENGHAMILI IBU KANDUNGKU


Cerita Dewasa Maaf Aku Menghamili Ibu Kandungku

Cerita Dewasa Sedarah
Maaf Aku Menghamili Ibu Kandungku
Inilah cerita seks ibu dan anak, bercinta dengan anak kandung ataupun bercinta dengan ibu kandung memang menjadi hal yang tak wajar, sangat tidak wajar, tapi cerita dewasa sedarah ini emang ada saja peminatnya, termasuk anda yang berkunjung kesini, selama menikmati, cerita seks sedarah Bercinta dengan Mama sendiri
 
Hari ini suntuk banget dirumah sendirian mamaku lagi masak didapur iseng-iseng aku jalan kedapur, melihat mama yang lagi masak waktu itu mamaku sedang memakai pakian yang longgar mirip daster. aku berjalan kedapur, aku perhatikan mama yang lagi masak, ternyata mamaku bodinya bagus juga. dalam pikiran mulai timbul niat isengku untuk mengerjai mama.
aku pelan-pelan mendekati mamaku, tanpa sepengatahuan mamaku aku jongkok dibawah mamaku yang sedang berdiri di meja masak. aku intip bagian bawah mama ternyata mama tidak pakai celana dalam. pikiranku mulai kotor untuk ngentot mamaku, diam-diam aku keluarkan penisku yang sudah tegang… kemudian aku singkap baju mamaku dari bawah. dan ternyata mamaku diam saja. tidak menyadari kalo anaknya mau menyetubuhinya. tanganku mulai menggerayangi bagian tubuh mama, perut, tetek dan lehernya. ternyata mamaku diam aja.. akupun terus meremas-remas
tetek dan pantat bahenol mamaku.. mamaku mulai melenguh tak karuan. kemudian aku pegang kontolku dan mulai aku gesek-gesekan di pantat mama, mama melenguh tak karuan. kemudian dengan kedua kakiku aku berusaha melebarkan kaki mamaku, dengan penuh nafsuk aku mulai mengarahkan penisku ke vagina mama dari belakang. ternyata vagina mam sudah basah banget. akupun mulai memasukaan penus sidikit-demi sedikit ke lubang yang dulu tempat aku lahir,
aahhhh ennaaaaak terussss…….. masukaan lagi yang dalam pinta mamaku.
Bleesss……… ahhhhhn akhirnya kontolku masuk semua kevagina mamaku…
ahhhhhh nikmaaaaaaaaaaaatttt……..
pantatku mulai aku goyangkan maju mundur yang diselingi dengan pantat mamaku yang berputar-putar.. enakkkk sayang…. lebih keras lagi.. ohhhh….ohhhhh sayang aku dah mau keluar. kata mamaku.. aku terus mempercepat pompaan pantatku divagina mama… dan akhirnya kami berdua sama-sama teriakkk.
aaaaaaaaaaaahhhhhhh…….aku keluar mah…aku juga sayang..aaaaaahhkkk nikkmaaaat…
sambil berdiri berpelukan kami berciuman mesra layaknya sepasang kekasih, kontolku masih berada dalam vagina mamaku. rasanya masih tersisa sedotan-sedotan vagina mamaku. sudah ya mahh… aku capek nih.. akh kamu nakal.kata mamaku. akhirnya hubungan itu setiap kali kami lakukan, baik itu dikamar, dapur atau kamar mandi…
Nge-Seks Gratis Dengan Ibuku
Halo pembaca aku mau nyritain pengalaman pribadiku ni.Tapi sebelum aku menyeritakan kisahku ini aku akan menyeritakan tentang diriku aku dulu.Aku Andika aku anak pertama dari sebuah keluarga sederhana didaerah xx.Tinggi aku 170cm,berat aku sekitar 40kg tapi gak tahu juga sih karena aku tidak pernah tes berat badan,kulitku sawo matang. Penisku panjangnya 14cm,diameternya kira-kira 3.5cm.
Kisahku terjadi Awal bulan juli 2004 ketika aku liburan sekolah ato aku mau masuk ke SMA. Waktu itu adalah hari minggu sehingga aku hanya malas-malasan dirumah saja dan adekku baru main ke tempat temannya dan ayahku baru ke kebun. Maklumlah tempat tinggalku di daerah pedesaan jadi pekerjaan ortuku adalah seorang petani,tapi aku bangga dengan pekerjaan ortuku itu karena mereka gak pernah berbohong ato korupsi seperti para wakil-wakil rakyat.
Siang itu aku dirumah merasa panas dan ingin mencari sesuatu di ruang tamu yang bisa aku makan.Ketika aku sampai ruang tamu aku dapati ibuku sedang tiduran di depan TV dan hanya menggunakan daster yang transparan sehingga CD dan BH ibuku terlihat dengan jelas olehku dan seluk beluk tubuhnya terlihat sangat menggairahkan.Waktu itu aku berumur 15thn dan ibuku 31 thn,maklum ibuku menikah dengan ayahku pada saat usianya 15thn. Maklumlah di desaku umur segitu dulu dah pada nikah. Aku yang melihat kejadian itu tak mampu mengendalikan nafsuku,dengan segera aku dekati ibuku dan aku sibak dasternya keatas sehingga Cdnya terlihat jelas oleh mataku. Aku segera meraba CD ibuku aku tidak peduli lagi dengan apa yang akan terjadi nanti jika sampai ibuku bangun karena aku sudah kepalang nafsu.
Aku terus saja meraba CD ibuku hingga kudengar ibuku mendesah dalam tidurnya dan vaginanya sudah mulai basah. Aku sudah tidak tahan lagi berinisiatif menurunkan CD ibuku sehingga kini dihadapanku terlihat jelas vagina ibuku yang banyak ditumbuhi dengan rambut. Segera saja aku jilati vagina ibuku karena aku takut kalo ibuku akan segera bangun karena perbuatanku ini. Aku terus saja jilati vagina ibuku sehingga vaginanya semakin basah dan ibuku semakin mendesah. Aku yang sudah terbakar nafsu sudah tidak tahan dan aku lepaskan semua bajuku sehingga akukini telanjang bulat dengan penis yang mengacung siap untuk aku masukan ke dalam vagina ibuku.
Perlahan aku arahakan penisku kelubang vagina ibuku yang masih menggunakan daster dan BH karena akau hanya melepas Cdnya aja. Aku mulai mengarahkan dan perlahan penisku mulai masuk kelubang vagina ibuku dengan mudah karena lubangnya sudah mulai basah sehingga mudah saja penisku masuk walaupun penisku ini juga besar. Tapi ini juga karena ibuku juga sudah melahirkan 2 orang anak sehingga lubangnya sudah agak lebar, tapi walaupun begitu punya ibuku itu masih nyedot dan memijat banget.
Aku mulai memompa keluar masuk penisku didalam lubang vaina ibuku sehingga terdengar gemercak-gemercik dan suara desahan ibuku yang membuat aku semakin bernafsu mempercepat gerakan penisku. Aku yang semakin bernafsu semakin mempercepat gerakan penisku dan tanpa akau sadari ibuku jadi bangun karena gerakanku yang cepat ini. Ibuku yang melihat perbuatanku ini sangat kaget dan berusaha melawan aku dan mencoba menghentikan gerakanku dan melepaskn penisku dari lubang vaginanya. Tapi itu sia-sia saja karena aku sudah terlanjur nafsu dan ibuku sebenarnya juga menikmati adegan ini karena terasa benar bahwa vaginanya basah banget,menyedot dan memijat.
Aku yang semakin bernafsu dan aku juga sudah tidak tahan lagi semakin mempercepat gerakanku dan ibuku masih berusaha menghentikan adegan ini dan tanpa disadari ibuku berteriak keras diseertai tubuhnya mengejang dan vaginanya keluar cairang yang begitubanyak aku kira dulu ibuku kencing tapi kini aku tahu bahwa ibuku telah orgasme dan aku pun sudah tidak tahan lagi aku semakin percepat gerakanku dan ibuku hanya pasrah dengan perbuatanku ini dan ia mulai mengendurkan perlawannya dan ia pasrah dengan wajah sayu dan lemas dan “ahhhhhhhhhhhhh” keluar juga spermaku dan semuanya aku semprotkan kelubang vagina ibuku. Aku tekan dalam-dalam penisku ke lubang vagina ibuku sehingga terasa mentok dan aku peluk ibuku sambil aku remas-remas payudaranya karena aku tadi belom sempat memainkan payudaranya dan aku juga mengajak ibuku jionan.
Pertama kali dia tidak mau dan berusaha menghindar tapi secepat kilat memasukan lidahku kedalam mulutnya dan memaenkannya dan beberapa menit kemudian ibuku namapaknya menikamatinya dan ikut mengimabangi gerakan lidahku. Setelah kami sama2 sudah bugar lagi,ibuku dengan cepat kilat melepaskan lidahnya dan angkat bicara.
“dika napa kamu lakuin ini ama ibu????”
“abis dika nafsu lihat ibu tidur kaya gitu” “tapi kan gak seharusnya kamu lakuin ini, aku ini ibu kandungmu!!!!!!!!!”
“tapi ibu juga menikmatinya kan ????????”
Ibuku hanya diam tidak mampu memnjawab pertanyaanku tadi karena dia mungkin malu kalo harus menjawab pertanyaan tadi karena aku dia benar-benar menikmati adegan tadi. “ibu gak mau kamu ngulangin ini lagi ama ibu karena kalo sampe ayahmu tahubisa gawat” sontek ibuku mengagetkanku
“tapi kalo ibu gak bilang kan gak bakal tahu “ jawabku.
“ih dasar nak nakal!!!!!!!!!!”
“biarin abiznya ibu benar-benar menggairahkan sih!mau ya bu maen ma aku lagi kapan2???”
Ibuku tidak menjawab dan melepaskan pelukanku dan dengan sendirinya penisku yang tadi masih didalam vagina ibuku terlepas dan telah mengecil dan dari lubang vagina ibuku aku lihat keluar cairan vagina ibku bercampur dengan spermaku.
“Ok deh tapi dika hatrus janji sperma dika jangan dimasukin kedalm vagina ibu karena ibu tidak KB”jawabnya dengan pelan.
“apa ibu gak KB?????????”tanyaku dengan kaget,karena aku kira ibuku dah kb’
“ya makanya aku gak mau hamil karena anak ibu ndiri.kamu mau punya adek yang juga anak kamu??????”
“ya sebenarnya sih mau aja bu karena aku mau tahu gimana hasil karya ciptaku”jawabku sambil tersenyum.
“kamu tu bener-bener nakal ya”
“trus gmn ni bu tadikan sperma dika masukin kevagina ibu????????”
“nanti malam ibu mau minum jamu biar tidak hamil,cepat pake bajumu nanti gawat kalo ayahmu ato adekmu tahu”
“Tapi ayah dan adek pulangnya nanti sore,Kita maen lagi yuk bu?????????’
“ih dasar nafsu banget nih anak ibu ini,tapi janji gak boleh dimasukin didalam vagina ibu” “ok deh ma”
Aku mulai memasukan penisku lgi kedalm vagina ibuku karena penisku sudah tegang lagi dan vagina ibuku masih basah sehingga tidak perlu pemanasan lagi dan kin ibuku tidak memakai pakaian sehelaipun karena darster dan Bhnya telah dilepasnya. Aku mulai menytubuhi ibu dengan nafsu yang membara dan beda denagan awal tadi karna kini ibuku juga dengan sukarela melayaniku shingga kami benar-benar seperti sepasang suami.
Aku mencoba beberapa gaya dengan ibuku dan tak kusangga akau dan ibuku telah maen + 2jam dan selama tu ibuku telah orgasme selama4X sehingga ibuku benar-benar telah lemas dan kini ia hanya pasrah dengan perbuatanku dan menungguku mengakhirnya. Aku pun sudah tihan tahan lagi dan gerakanku makin cepat dan ibuku mengetahui aku kan orgasme juga dan berusaha mendorongku agar spermaku keluar didalm vaginanya.Tapi tenagaku lebih kuat sehingga ku keluarkan lagi spermaku didalam vagina ibuku dan ibuku kembali orgasme lagi.
AQ memeluk ibuku dan dia menamparku sambil berkata:”dika napa kamu masukin lagi didalam?”
“ma setelah aku pikir-pikir aku pengin punya anak dari mama”
“hah??????kamu gila aku ini ibumu trus kamu mau hamilin ibumu ndiri??????”
“tapikan ibu ce dan aku co jadi bisa dunk?????”
“aku gak mau nglahirin anak buat kamu!!!!!!!!!!!’
Ibuku terus melepaskan pelukanku dan pergi ke kamar mandi untuk mandi. Aku juga mandi setelah ibu mandinya selesai.
Malam itu ayah dan adeku tidak ada dirumah karena tadi sore mereka brangkat ke banyuwangi ketempat saudaraku yang ada nikahan. Aku tidak ikut dengan alasan mau jaga di rumah ayahku yang tidak percaya menyuruh ibuku menjagaku karena ayahku takut aku macam-macam dirumah. Dalam hatiku senang sekali karena ibuku gak ikut sehingga satu minggu ini aku bebas menyetubuhi ibuku karena ayahku dan adekku pergi selama satu minggu.
Malam itu ibu sudah beli jamu agar tidak hamil dan ketika mau diminum di kamarnya aku buru-buru masuk karna aku tahu ibu pasti mau minum jamu itu dan aku tidak ingin itu terjadi karena aku pengin punya anak dari ibuku. Aku tampar gelas yang isinya jamu itu dan semua jatuh dilantai.
“dika apa yang kamu lakuin??????”
“aku pengin ibu halim karna ku”
“itu gak boleh terjadi”
“pokoknya boleh!!!!!!!!”seruku sambil memeluk ibuku dan merangsangnya dan malam itu aku dan ibuku melakkukannya lagi sampai pagi.
Dan paginya setelah sarapan pun aku kembali menyetubuhi ibuku dengan penuh nafsu dan aku tidak memberi kesempatn kepada ibuku untuk minum jamu. Selama 1 minggu itu pula siang dan malam aku setubuhi ibuku dan aku lebih betah di rumah untuk menyetubuhi ibuku. 1minggu telah berlalu dan ayahku telah pulang dan aku resmi sekarang menjadi siswa SMA klas1, selama ayahku dirumah aku tetap menyetuhi ibuku ketika ayahku dikebun, sehingga pulang sekolah aku langsung pulang untuk menyetubuhi ibuku. Selama itu pula ibuku berkali-kali mencoba minum jamu sehingga aku extra ketat mengaawasi ibu kalo malam, karena kalo siang ibu gak suka minum jamu, karena abis minum jamu biasanya dipake dia tidur. 
Dan tak terasa hubunganku dengan ibuku telah satu bulan dan ibuku mengaku padaku sudah telat mens 2minggu dan dia bilang ini anakku bukan anak ayahku.Aku senang sekali dan sejak saat itu ibuku sudah tidak mencoba minum jamu lagi karna sudah terlanjur hamil.
Sejak saat itu aku rutin menyetubuhinya. Kira-kira pertengahan bulan april 2005 ibuku melahirkan anak dengan jenis kelamin cewek. Aku benar-benar senang begitu juga dengan ayahku karna dia kira itu anaknya padahal itu adalah cucunya alias anakku.
Sejak saat itu aku terus menyetubuhi ibuku mula-mula menolaknya tapi akhirnya dia mau juga karena dia juga mengakui lebih puas aku setubuhi daripada disetubuhi ayahku. Kini aku kelas 3 SMA dan aku masih setia menyetubuhi ibuku tetapi sejak melahirkan anakku ibuku melakukan Kb karena dia tidak ingin punya anak lagi dari aku karena dia bilang bahwa ayahku sudah impotent jadi dia takut kalo dia hamil bakal ketahuan oleh ayahku.Tapi gak apalah yang penting aku bisa ngeseks gratis dengan ibuku.
Demikian cerita seks dengan mamaku sendiri, ku nikmati setiap lekukan tubuh mamaku sendiri dengan sangat nikmat, ngesek dengan mamaku emang tiada duanya, ngentot mama enaknya luar biasa.. Sekian…Aku berharap kalian tidak emniru aku yang bejat… karena hubungan seks yang gak wajar

hot girl







Posted By: Unknown

hot girl

KU PERKOSA TANTEKU YANG CANTIK



Saya Dito.....umur 23 tahun baru lulus dari salah satu universitas
ternama di Malang. Dan saya berasal dari keluarga baik-baik. Kejadian
ini dimulai ketika saya menginap di rumah om saya di daerah sidoarjo.
Om saya telah menikah dan memiliki 2 anak lelaki yang lucu umur 3 dan
5 tahun, serta memiliki istri yang cukup cantik (menurut saya) umurnya sekitar 27 tahun.

saya sendiri tinggal disurabaya kurang lebih jarak tempat tinggalku dengan tante adalah 19 Km..........................
Awal kejadiannya adalah pada hari sabtu malam saya mendengar pertengkaran di rumah tersebut, yang tidak lain adalah om saya dengan tante saya. Ternyata penyakit 'gatel' om saya kambuh lagi yaitu sering pergi ke diskotik bersama temannya. Hal tersebut sangat menyakitkan tante saya, karena di sana om saya akan mabuk-mabukan dan terkadang pulangnya bisa pada hari Minggu malam. Entahlah apa yang dilakukan di sana bersama teman-temannya. Dan pada saat itu hanya aku bertiga saja di rumah: saya, Om Pram dan Tante Sis.

"Brak.." suara gelas pecah menghantam pintu, cukup membuat saya kaget, dan om saya dengan marah-marah berjalan keluar kamar. Dari dalam kamar terdengar tante saya berteriak, "Nggak usah pulang sekalian, cepet ceraikan aku." Dalam hatiku berkata, "Wah ribut lagi." Om Pram langsung berjalan keluar rumah, menstarter mobil Tarunanya dan pergi entah ke mana.

Di dalam kamar, aku mendengar Tante Sis menangis. Aku mau masuk ke dalam tapi takut kena damprat olehnya (kesalahan Om Pram dilimpahkan kepadaku). Tapi aku jadi penasaran juga. Takut nanti terjadi apa-apa terhadap Tante Sis. Maksudku akibat kecewa sama Om Pram dia langsung bunuh diri.

Pelan-pelan kubuka pintu kamarnya. Dan kulihat dia menangis menunduk di depan meja rias. Aku berinisiatif masuk pelan-pelan sambil menghindari pecahan gelas yang tadi sempat dilemparkan oleh Tante Sis. Kuhampiri dia dan dengan pelan.
Aku bertanya, "Kenapa Tan? Om kambuh lagi?"
Dia tidak menjawab, hanya diam saja dan sesekali terdengar isak tangisnya. Cukup lama aku berdiri di belakangnya. Pada waktu itu aku hanya memandangnya dari belakang, dan kulihat ternyata Tante Sis mengenakan baju tidur yang cukup menggiurkan. Pada saat itu aku belum berpikiran macam-macam. Aku hanya berkesimpulan mungkin Tante Sis mengajak Om Pram, berdua saja di rumah, karena anak-anak mereka sedang pergi menginap di rumah adik Tante Sis. Dan mungkin juga Tante Sis mengajak Om bercinta (karena baju yang dikenakan cukup menggiurkan, daster tipis, dengan warna pink dan panjang sekitar 15 cm di atas lutut). Tetapi Om Pram tidak mau, dia lebih mementingkan teman-temannya dari pada Tante Sis.

Tiba-tiba Tante Sis berkata, "To, Om kamu kayaknya udah nggak sayang lagi sama Tante. Sekarang dia pergi bersama teman-temannya ke Surabaya, ninggalin Tante sendirian di rumah, apa Tante udah nggak cakep lagi." Ketika Tante Sis berkata demikian dia berbalik menatapku. Aku setengah kaget, ketika mataku tidak sengaja menatap buah dadanya (kira-kira berukuran 34). Di situ terlihat puting susunya yang tercetak dari daster yang dikenakannya. Aku lumayan kaget juga menyaksikan tubuh tanteku itu.

Aku terdiam sebentar dan aku ingat tadi Tante Sis menanyakan sesuatu, aku langsung mendekatinya (dengan harapan dapat melihat payudaranya lebih dekat lagi).
"Tante masih cantik kok, dan Om kan pergi sama temannya. Jadi nggak usah khawatir Tan!"
"Iya tapi temennya itu brengsek semua, mereka pasti mabuk-mabukan lagi dan main perempuan di sana."
Aku jadi bingung menjawabnya. Secara refleks kupegang tangannya dan berkata, "Tenang aja Tan, Om nggak bakal macem-macem kok." (tapi pikiranku sudah mulai macam-macam).
"Tapi Tante denger dia punya pacar di surabaya, malahan Tante kemarin pergoki dia telponan ama cewek, kalo nggak salah namanya Sella."
"Masak Om tega sih ninggalin Tante demi cewek yang baru kenal, mungkin itu temennya kali Tan, dan lagian Tante masih tetap cantik kok."
Tanpa Tante Sis sadari tangan kananku sudah di atas paha Tante Sis karena tangan kiriku masih memegang tangannya. Perlahan-lahan pahanya kuusap secara halus, hal ini kulakukan karena aku berkesimpulan bahwa tanteku sudah lama tidak disentuh secara lembut oleh lelaki.

Tiba-tiba tanganku yang memegang pahanya ditepis oleh Tante Sis, dan berdiri dari duduknya, "To, saya tantemu saya harap kamu jangan kurang ajar sama Tante, sekarang Tante harap kamu keluar dari kamar tante sekarang juga!" Dengan nada marah Tante Sis mengusirku.
Cukup kaget juga aku mendengar itu, dan dengan perasaan malu aku berdiri dan meminta maaf, kepada Tante Sis karena kekurangajaranku. Aku berjalan pelan untuk keluar dari kamar tanteku. Sambil berjalan aku berpikir, aku benar-benar terangsang dan tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini. Sejak aku putus dengan pacarku, terus terang kebutuhan biologisku kusalurkan lewat tanganku.

Setelah sampai di depan pintu aku menoleh kepada Tante Sis lagi. Dia hanya berdiri menatapku, dengan nafas tersenggal-senggal (mungkin marah bercampur sedih menjadi satu). Aku membalikkan badan lagi dan di pikiranku aku harus mendapatkannya malam ini juga. Dengan masa bodoh aku menutup pintu kamar dari dalam dan menguncinya, lalu langsung berbalik menatap tanteku. Tante Sis cukup kaget melihat apa yang aku perbuat. Otakku sudah dipenuhi oleh nafsu binatang.

"Mau apa kamu To?" tanyanya dengan gugup bercampur kaget.
"Tante mungkin sekarang Om sedang bersenang-senang bersama pacar barunya, lebih baik kita juga bersenang-senang di sini, saya akan memuaskan Tante". Dengan nafsu kutarik tubuh tanteku ke ranjang, dia meronta-ronta, tetapi karena postur tubuhku lebih besar (tinggiku 182 cm dan beratku 75 kg, sedangkan Tante Sis memiliki tinggi tubuh sekitar 165 cm dan berat kurang lebih 50 kg) aku dapat mendorongnya ke ranjang, lalu menindihnya.

"Lepasin Tante, Dito," suara keluar dari mulutnya tapi aku sudah tidak peduli dengan rontaannya. Dasternya kusingkap ke atas. Ternyata Tante Sis tidak mengenakan celana dalam sehingga terpampang gundukan bukit kemaluannya yang menggiurkan, dan dengan kasar kutarik dasternya bagian atas hingga payudaranya terpampang di depanku. Dengan bernafsu aku langsung menghisap putingnya, tubuh tanteku masih meronta-ronta, dengan tidak sabar aku langsung merobek dasternya dan dengan nafsu kujilati seluruh tubuhnya terutama payudaranya, cukup harum tubuh tanteku.

Akibat rontaannya aku mengalami kesulitan untuk membuka pakaianku, tapi pelan-pelan aku dapat membuka baju dan celanaku. Sambil membuka baju dan celanaku itu, dengan bergantian tanganku mengusap bukit kemaluannya yang menurutku mulai basah (mungkin Tante Sis sudah mulai terangsang walaupun masih berkurang tetapi frekuensinya agak menurun sedikit).

kemaluanku telah berdiri tegak dan kokoh nafsu telah menyelimuti semua kesadaranku bahwa yang kugeluti ini adalah isteri pamanku sendiri....yaitu tanteku....

Dengan tidak sabar aku langsung berusaha membenamkan kejantananku ke liang TANTEKU........... ,

Aku agak kesulitan menemukan celah kewanitaan tanteku,kadang kemaluanku meleset keatas dan bahkan kadang meleset kearah lubang anus tanteku .
ini disebabkan tanteku bergerak kesana kemari berusaha menghindar dan menghalangi kemaluanku yang sudah siap tempur ini............................................

"To, jangan To, aku Tantemu tolong lepasin To, ampun, Tante minta ampun". Aku sudah tidak peduli lagi Rengekannya. .......usahaku kepalang tanggung dan harus berhasil......karena gagalpun mungkin akibatnya akan sama
bahkan mungkin lebih fatal akibatnya.......
Ketika lubang senggamanya kurasa sudah pas dengan dibantu cairan yang keluar dari liang kewanitaannya aku langsung menghujamkan senjataku.

"Auuhh, sakit To, aduh.. Tante minta ampun.. tolong To jangan lakukan .....lepasin Tante To.." Ketika mendengar rintihannya, aku jadi kasihan, tetapi senjataku sudah di dalam, "Maaf Tante, saya sudah tidak tahan dan punyaku sudah terlanjur masuk nih.....," bisikku ke telinganya. Tante Sis hanya diam saja. Dan tidak berkata apa-apa.

Dengan pelan dan pasti aku mulai memompa kemaluanku naik turun, ........tanteku menggelinjang hebat.....seakan akan masih ada sedikit pemberontakan dalam dirinya....
ssshhhhhhhhh....tanteku hanya mendesis lirih sambil menolehkan kepalanya kekiri dan kekanan tak mau menatap wajahku.......kemudian Dia hanya diam pasrah dan kulihat air matanya berlinang keluar. Kucium keningnya dan bibirnya, sambil membisikkan, "Tante, Tante masih cantik dan tetap mengairahkan kok, saya sayang Tante, bila Om sudah tidak sayang lagi, biar Dito yang menyayangi Tante." Tante Sis hanya diam saja, dan kurasakan pinggulnya pun ikut bergoyang seirama dengan goyanganku.

kemaluanku kudorong perlahan ...seakan ingin menikmati kenyamanan ini dengan waktu yang lama........
cllkk....clllkkkk.cclkkkk bunyi badanku beradu dengan badan tanteku.......seirama keluar masuknya kemaluanku kedalam liang senggamanya yangbetul betul enak......
...
Kira-kira 10 menit aku merasakan liang kewanitaan tanteku semakin basah dan kakinya menyilang di atas pinggulku dan menekan kuat-kuat mungkin tanteku sedang orgasme........................................... ...............

kudiamkan sejenak .....kubiarkan tanteku menikmati orgasmenya.........kubenamkan lebih dalam kemaluanku ,sambil memeluk erat tubuhnya iapun membalasnya erat.....kurasakan tubuh tanteku bergetar....
kenikmatan yang dahsyat telah didapatkannya.......

kubalik badan tanteku dan sekarang dia dalam posisi diatas......kemaluanku masih terbenam dalam kewanitaan tanteku......tapi dia hanya diam saja sambil merebahkan tubuhnya diatas tubuhku,....lalu kuangkat pinggul tanteku perlahan.....dan menurunkannya lagi....kuangkat lagi......dan kuturunkan lagi.......kemaluanku yang berdiri tegak menyodok deras keatas ...kelubang nikmatnya......
ahirnya tanpa kubantu ....tanteku menggoyangkan sendiri pantatnya naik turun.....

oooooooccchhhhhhhh.......aku yang blingsatan kenikmatan...
rupanya tanteku mahir dengan goyangannya diposisi atas....
kenikmatan maximum kudapatkan dalam posisi ini....
rupanya tanteku mengetahui keadaan ini ...ia tambah menggoyang goyangkan pantatnya meliuk liuk persis pantat Anisa bahar penyanyi dangdut dengan goyang patah patahnya.......
oooooochhhhhh,............sshhh......kali ini aku yang mirip orang kepedasan
aku mengangkat kepalaku...kuhisap puting susu tanteku.....
ia mengerang........goyangannya tambah dipercepat....
dan 5 menit berjalan .......tanteku bergetar lagi......ia telah mendapatkan orgasmenya yang kedua......
pundakku dicengkeramnya erat......
ssshhhhhhh.........bibir bawahnya digigit...sambil kepalanya menengadah keatas.....
"to....bangsat kamu.......tante kok bisa jadi gini.....ssssshhhh
....tante udah 2 kali kluarrrrrrrr...".....

aku hanya tersenyum.....
"tulangku rasa lepas semua to...."
aku kembali tersenyum...
"tante gak pernah klimaks lebih dari 1 x kalo dengan ommu.."
kubalik kembali badan tanteku dengan posisi konvensional..
kugenjot dengan deras kewanitaannya.....
oooohhh oohhh....ssshhhhh
tanteku kembali menggeliat pinggulnya mulai bergoyang pula mengimbangi genjotanku..............
aku pun sudah kepengen nyampe.......

dan tidak lama kemudian akupun mengeluarkan spermaku di dalam liang senggamanya.
ssshhhhhh......aaachhhhhhh....................
spermaku tumpah dengan derasnya kedalam liang senggama tanteku........
mata tanteku sayu menatapku klimaks.........
permainan panjang yang sangat melelahkan......yang diawali dengan pemaksaan dan perkosaaan yang ahirnya berkesudahan dengan kenikmatan puncak yang sama sama diraih.......
kulihat terpancar kepuasaan yang amat sangat diwajah tanteku.......................

"kamu harus menjaga rahasia ini to....."
aku hanya mengangguk....
dan sekarang tanteku tak perduli lagi kalau om ku mau pulang atau tidak.......
karena kalau om ku keluar malam maka tanteku akan menghubungiku via HP untuk segera kerumahnya......
TAMAT

ARAB BUGIL





Posted By: Unknown

ARAB BUGIL

MUSIBAH BERBUAH SELINGKUH

Ada sepasang suami istri muda dari keluarga
mapan yang tinggal dikota Solo. Sang suami bernama Rio, berusia 26 tahun, seorang insiyur dan bekerja pada sebuah perusahaan jasa konstruksi. Cukup ganteng dan pengertian. Istrinya bernama Ratna Widyaningrum, usia 23 tahun juga seorang sarjana ekonomi , kerja di sebuah perusahaan jasa keuangan. Tingginya 163 cm berat 49 kg, kulit putih bersih dan ukuran bra34b, selalu berpakaian modis kekantor. Mereka belum memiliki anak karena baru menikah 1tahun ini.

Di sela-sela kesibukan bekerja mereka untuk menghilangkan kejenuhan, mereka biasa menghabiskan akhir pekan dengan makan2 di sebuah resto yang terkenal. Kadang juga berlibur dan menginap menyewa villa di Tawangmangu. Itu dilakukan pasangan ini untuk lebih mendekatkan mereka yang sibuk setiap hari dan sekadar refresing bagi mereka.

Saat itu mereka baru saja pulang makan malam, mencoba masakan sebuah resto yang di rekomendasikan oleh temannya Rio. Memang masakannya sangat khas dengan lauk pauk yang di sajikan dalam suasana pedesaan. Sabgat natural sekali. Mereka pun makan sangat lahap. Suasananya sangat romantis sekali bagi Rio dan Ratna. Tak terasa kantuk datang menjemput.

“Ayoo mas……..kita pulang, udah ngantuk nih………..”ujar Ratna menguap.
“Iya nih, beginilah klo makan enak sekali…….ngantukkk……..”tambah Rio seraya bangkit.
“Ayo……….”ajak Rio mengulurkan tangannya, mengajak sang istri untuk bangkit.

Ratna menggamit tangan suaminya sebagai pegangan, bangkit dalam tarikan lengan suaminya. Ups..! Hampir saja ia terjatuh seandainya Rio tak langsung menangkap pinggang sang istri. Tergelak mereka melangkah berbarengan menuju kasir.

Setelah membayar, mereka melangkah berpelukan. Rio menggamit pinggang sang istri diiringi tatapan orang dekira mereka. Betapa tidak sang lelaki ganteng beriringan dengan wanita cantik langsing berkulit bersih. Melangkah menuju mobil mereka yang di parker di pojokan. Rio membukan pintu untuk sang istri, dan menutupkannya setelah Ratna duduk di dalamnya. Melangkah mengitari mobil menuju pintu yang satunya.

Setelah mundur dan berputar mobil tersebut beranjak meninggalkan resto tersebut diiringi lambaian petugas parkir yang memandunya. Meluncur di jalanan kota Solo dalam kecepatan sedang. Tiba-tiba….

Ban mobil berdecit setelah terjadi benturan keras. Rio masih sempat menginjak rem. Dan mobil yang mereka kendarai berhenti dengan seketika. Tergopoh-gopoh pasangan muda itu keluar dari mobilnya, Kaget bercampur aduk dengan miris melihat sebuah sepeda motor telah berada di kolong mobil mereka.

“Adduhh…………………………..!”terdengar keluhan lirih dari seseorang.

Bergegas mereka berdua menuju arah suara. Terliaht seorang lelaki tengah terduduk di pinggir jalan sambil memegang lututnya, memandang dengan marah kearah mereka.

“Ma..maaf…pak, saya tidak melihat bapak tadi……, ujar Rio.
“Bapak apanya yang luka…..?”timpal Ratna.
“Ga usah saya bisa berdiri sendiri…………………..!seru orang tersebut dengan gusar.

Terlihatt orang tersebut berseragam aparat. Polisi tepatnya. Dia bangkit dan melangkah ke hadapan Rio. Memaki-maki Rio dengan kata – kata yang kasar. Rio tidak melayaninya setelah tau berhadapan dengan siapa. Ia lebih memilih diam dan rela di persalahkan. Orang yang belakangan di ketahuinya bernama Sutiran dengan pangkat Briptu memintanya semua urusan di selesaikan malam itu juga. Tetapi mengingat malam telah larut Ria meminta diselesaikan besok hari saja dan dengan terpaksa menyerahkan surat-surat kendarannya sebagai jaminan.

“Ok…besok saya tunggu anda di rumah, jangan sampai terlambat…..”ucap sang aparat tegas.
“Baik..,baik pak besok saya akan ke rumah kita akan tanggung kerusakan sepeda motor bapak, bapak jangan kawatir..”ujar Rio.
“ Ya sudah…., jam 10 pagi ya jangan lupa……”ulang Sutiran kembali mengingatkan.

*********

Di temani Ratna sang istri. Mengenakan blose berleher rendah menonjolkan kemulusan kulitnya di padankan dengan jeans ¾ menambah anggun penampilannya. Berkali kali Sutiran melirik ke arah Ratna yang tersenyum manis, mengagumi penampilan wanita cantik yang datang ke rumah kontrakannya di pinggir kota Tepat seperti janjinya, Rio telah berada di rumah Briptu Sutiran Lebih jelas sekarang usianya berkisar 50-tahunan. Berbadan tegap, berkulit gelap dengan penampilan yang garang.

‘Sebentar lagi ia akan pensiun’ batin Rio.

Setelah berbincang-bincang dan saling berargumentasi akhirnya di sepakatiu bahwa Rio akan mengganti sepeda motor sang aparat dengan jenis dan tahun yang sama. Setelah memberikan cek senilai yang disepakati pasangan muda tersebut itupun pamit di antar Briptu Sutiran menuju mobil mereka yang di parkir d ujung jalan.

“Kalau ada masalah jangan segan-segan menghubungi saya pak…….”ujar Briptu Sutiran melambai saat mobil yang di kendarai pasangan muda itu beranjak pergi.

Pasangan muda itu tak mengerti, bahwa sebenarnya keramahan Briptu tersebut hanya basa basi. Mereka tak mengetahui bahwa Briptu Sutiran mempunyai latar belakang yang tidak bagus. Baik sebagai polisi ataupun anggota masyarakat. Ia dikenal sebagai polisi yang sering turun pangkat karena indisipliner dan membuat malu kesatuannya. Seperti mabuk, judi dan juga suka merusak rumah tangga orang lain.Maka diusianya yang hampir pensiun keluarganya hancur akibat ulahnya. Dan iapun duda cerai…

Dan kehidupan pasangan muda itupun mengalir seperti biasanya hingga…

Suatu ketika sepulangnya dari kantor setelah mengalami lembur yang melelahkan, Ratna melangkah menuju parkiran mobilnya, tergesa gesa ia karena suasana telah sepi dan Satpampun telah berada di balik mejanya.

‘Pasti mereka tidur’ pikir Ratna kesal.

Sambil berjalan ia mencari-cari kunci mobil yang berada dalam tasnya. Ia berjalan sambil menunduk, matanya mancari-cari kunci yang tiba-tiba saja menjadi sulit di ketemukan. Begitu ketemu ia telah berada di samping pintu mobilnya. Dengan tergesa-gesa ia masukkan kunci tersebut ke lubangnya….

Tiba-tiba sebuah tangan telah menutup mulutnya diiringi bentakan.

“Serahkan benda berharga ibu kalu mau selamat…….!”Ancam pelaku yang membungkam mulutnya.

Ratna kaget dan ketakutan, tetapi syukurlah akal sehatnya masih berjalan normal. Demi keselamatan dirinya dengan cepat ia meloloskan perhisannya, jam tangannya dan langsung menyerahkan ke tangan pelaku tersebut.

“Hapenya juga…………..!” ucap si pelaku yang menggunakan penutup muka tersebut. Dan dengan berat hati Hp tersebut pun pindah tangan. Dan dengan cepat mereka kabur di telan kegelapan malam. Tinggallah Ratna terduduk diatas aspal sesengukkan. Setelah merasa tenang ia pun membuka pintu mobilnya, menstarter dan beranjak pergi. Di dalam mobil Ratna bersyukur dirinya selamat. Mobilpun bergerak da;am kecepatan sedang. Sesaat di sebelah kiri diliriknya terbaca tulisan yang menyatakan tempat tersebut adalah sebuah kantor polisi. Reflek ia mengarahkan mobilnya ke bangunan tersebut. Dan dengan tergesa-gesa ia melangkah masuk.

Terlihat 2 orang petugas jaga sedang menonton TV,…

“Malam pak,……”sapa Ratna
“Selamat malam bu….., ada yang bisa kami bantu…..?”sahut mereka ramah.
“Begini pak…………”ucap Ratna kembali. Menerangkan bahwa ia telah mengalami penodongan di parkiran kantornya. Di ceritakannya semua sedetil-detilnya. Baik bagaimana kejadiannya dan ciri-ciri penodongnya dan kehilangan apa saja.

“Eh…bu Ratna ada apa kemari…..?”terdengar suara berat yang pernah dikenalnya. Ratna memalingkan mukanya ke arah datangnya suara. Terkejut bercampur girang ia melihat siapa yang menghampirinya. Briptu Sutiran melangkah mendekati mereka. Dia menanyakan apa yang telah terjadi dan kedua orang petugas yang melayani Ratna menceritakan laporan wanita muda tersebut.

“Begini saja bu…, ini laporan telah kami buat sesuai dengan penuturan ibu, sekarang silakan di tanda tangani dan nanti akan kami kabari begitu ada perkembangan…”ujar Briptu Sutiran.
“Sekarang lebih baik ibu pulang, kasihan suami ibu mungkin telah gelisah menunggu kepulangan ibu” tambah Briptu Sutiran simpatik.

“Baik pak,tapi tolong ya pak, Hape itu sangat saya butuhkan….”tutur Ratna memelas.
“Akan kami usahakan secepatnya bu………………………..”ucap Briptu Sutiran.

Dan mobil Ratna punmeluncur kembali di jalanan kota Solo. Tak lama kemudian ia pun sampai di rumah. Rio langsung menghampirinya dengan wajah kesal. Telah berkali-kali ia menghubungi Hp Ratna tak pernah diangkat. Begitu Ratna menceritakan kejadiannya, wajah Rio berubah kaget, Dipeluknya istrinya, dalam penyesalan tak dapat mendampingi sang istri pada situasi yangberbahaya itu. Tak lupa Ratna juga menceritakan bahwa Briptu Sutiran akan membantunya. Rio pun akhirnya bersimpati pada polisi tersebut.

*****************

Seminggu kemudian….

Dering telepon kantornya mengejutkan Ratna yang tengah terpuruk dalam angka-angka.

“Ya….”jawab Ratna pendek.
“Ada Briptu Sutiran dari kepolisaian hendak bicara dengan ibu…..”terang suara renyah operator

Ratna langsung teringat kejadian seminggu yang lalu, teringat pada kejadian yang hamper saja membahayakan dirinya. Teringat pada laporan yang telah dibuatnya di kepolisian.

“Ya sambungkan……..”ucapnya cepat.
“Bu saya Briptu Sutiran dari kepolisian, hendak menyampaikan kabar….”terdengar suara ramah polisi yang sangat di kenalnya itu.
“Bagaimana pak Sutiran………?”Tanya Ratna tak sabar.
“Begini bu, penodongnya telah tertangkap, tetapi beberapa barang ibu tak dapat kami ketemukan, silakan ibu mampir ke kantor siang ini, saya tunggu…”tutur polisi itu dengan tutur teratur.
“Baik pak, jam 12 siang ini saya ke datang ke kantor…..” ucap Ratna terburu-buru.
“Terima kasih sebelumnya pak……….”tambah Ratna tak lupa.

Pas jam 12 saiang itu Ratna telah berada di kantor polisi sebagaimana disebutkan oleh Briptu Sutiran. Duduk menghadap meja Briptu Sutiran.

“Selamat siang bu Ratna……..”sapa sosok yang keluar dari ruangan sebelahnya memegang sebuah bungkusan.
“Selamat siang pak Sutiran….”sahut Ratna tersenyum. Menmpakkan barisan teratur gigi putihnya. Memang siang itu Ratna mengenakan blouse ketat, menonjolkan kewanitaanya denga bahann yang tipis menerawangkan bra krem yang dikenakannya, di padankan dengan rok selutut dengan belahan yang cukup tinggi, menonjolkan keputihan batang pahanya. Tak luput paha tersebut menjadi persinggahan mata nakal sang petugas.

“Betul ini barang milik ibu………?”Tanya Briptu Sutiran menyerahkan bungkusan tersebut ke hadapan Ratna. Denagan cepat Ratna membuka bungkusan tersebut, matanya terbelalak dengan senyum girang.

“Betul pak..! Ini betul Hp saya………………”ucapnya kegirangan.
“Terimakasih pak……, tapi……………….”ucapnya terputus.
“Perhiasan ibu tak dapat kami ketemukan, menurut pelaku penodongan tersebut perhisaan itu telah dijualnya pada seseorang…, mohon maaf bu hanya ini yang bisa kami bantu…” tuturnya menerangkan.
“Ga apa-apa pak…., biarkan saja, hp ini yang terpenting….”sahut Ratna menarik napas lega.
“Sekali lagi terimakasih pak Sutiran…….”ujarnya pelan, mengemasi hp tersebut.
“Oh ya…., ini sekedar pengganti bensin……..”ujar Ratna mengansurkan lipatan 2 lembar uang ratusan ribu.
“Jangan, jangan bu………….ini sudah menjadi kewajiban kami..”Ucap Briptu Sutiran mendorongkan tangan Ratna.
“Bagaimana ini….saya bingung membalas pertolongan bapak….”sambil berkata Ratna memasukkan kembali uang tersebut kedalam tas tangannya.
“Ga usah bu….., sudah menjadi pekerjaan kami hal begini….”terang Briptu Sutiran tegas.
“Atau beginilah pak, sekedar tanda terimakasih saya, jangan bapak menolak permintaan saya kali ini. Saya yakin bapak belum makan siang begitupun saya, maka saya mengajak bapak untuk menemani saya makan siang.., bagaimana setuju…?ucap Ratna tak kehilangan akal.
“Kalau itu boleh bu…….”sahut Briptu Sutiran tersenyum.
“Kita berangkat sekarang……..?Tanya Ratna.
“Begini saja, ibu keluar terlebih dulu, tuinggu saya di parkiran, saya kan selesaikan dulu urusan administrative barang-barang ibu….”tuturnya kembali.
“Ok, saya tunggu bapak di mobil…….”ujar Ratna melangkah ke luar dari ruangan tersebut diiring tatapan mata beberapa petugas mengiringi langkahnya yang teratur,

Tak makan waktu lama, Briptu Sutiran dan Ratna telah berada di sebuah fastfood. Bersama mereka makan siang. Percakapan mereka mengalir mencairkan kekakuan yang terikat oleh sikap kerja mereka. Beberapa kali Ratna tertawa oleh lelucon yang disampaikan oleh sang petugas itu. Tak terasa waktu harus memisahkan mereka kembali pada kesibukan rutinitas biasanya. Ratna pun tak keberatan saat Sutiran meminta nomer hpnya dan berjanji akan kembali menelepon. saat ia mengantarkan Briptu Sutiran kembali ke kantornya.. Simpatinya telah tumbuh, merasakan sosok Sutiran bagai seorang kakak yang tak pernah dimilikinya karena ia adalah anak tunggal.

Mulai saat itu rtana sering di telepon olehSutiran. Baik saat di kantor ataupun ketiika di rumah saat suaminya tak ada. Pembicaraan mereka makin hangat. Tak jarang Ratna menceritakan keadaannya dan tuntutan keluarga suaminya yang menginginkan ia segera hamil. Dan Sutiran pun memberikan beberapa petuah-petuah yang sangat masuk ke dalam hati Ratna.

Ratna seolah – olah menemukan siraman kesejukan dari seorang kakak. Tak segan- segan ia menceritakan mertuanya yang sungguh menuntut kehadiaran seorang anak dari rahimnya. Tak ketinggalan pemeriksaan oleh dokter yang menyatakan mereka berdua tidak mempunyai masalah dalam reproduksi mereka. Sutiran hanya menyarankan bersabar.

Suatu siang Ratna menelepon..

“Mas Sutiran, sore ini aku mau ke rumah…,ada yang akan aku ceritakan..”terdengar suara kesal Ratna. Panggilan ‘mas’ telah terbiasa di ucapkan Ratna terhadap ‘kakak’ nya itu.
“Ya Sudah…..nanti kutunggu………….”sahut Sutiran bernada lembut.

Tak sabar Ratna melewatkan jam demi jam berlalu. Ingin ia cepat-cepat melepaskan kesal hatinya, menceritakan ganjalan hatinya saat itu. Dan begitu jam menunjukkan pukul 4 sore, setengah berlari ia menuju parkiran, menstarter mobilnya dan meluncur cepat di kemacetan jalanan kota Solo sore itu.

Sejam kemudian mobilnya telah sampai pada ujung jalan di mana titik terakhir mobil bisa masuk. Melangkah dengan tergesa menuju rumah kontakan Sutiran. Sutiran telah berdiri di depan pintu hanya mengenakan singlet dan sehelai sarung, pakaian santai kegemarannya.

“Ada apa lagi………?”Tanya Sutiran memandang keheranan pada tubuh sintal yang melangkah masuk dan menghempaskan diri di sofa di tengah ruangan tersebut.
“IItu..Mas Rio, kemarin ia juga menyalahkan aku kenapa ga hamil-hamil….!ucapnya bersungut-sungut. Diterangkannya Rio suaminya yang tengah keluar kota berbicara di telepon mengenai ketidak hamilannya.

“Mungkin ia lagi stress oleh beban pekerjaan kantor…”Ujar Sutiran menenangkan.
“tapi tak biasanya ia begitu, selama ini dia tak pernah menyalahkan aku….” Ujar Ratna tetap ngotot tetapi dengan suara yang makin me lembut.
“Sudah kamu cuci muka dulu sana, biar segar bariu teruskan……”perintah Sutiran

Dengan bersungut-sungut Ratna menurut dan melangkah menuju kamar mandi yang ditunjukkan Sutiran. Setiap gerakan langkah Ratna tak luput dari tatapan sudut mata Sutiran. Kini ia sadar wanita muda itu memiliki tubuh yang bagus dengan kulit yang bersih, sangat proporsional sekali. Gairah kelelakiannya yang bangkit. Pikiran kotornya mulai bekerja.

Ratna keluar dari kamar mandi sambil tersenyum. Kedua lengannya menyisir rambutnya yang lebat, memperlihatkan leher putihnya berkilau bak pualam di timpa cahaya senja. Kembali duduk, kini mereka duduk bersisian. Kembali mereka bercakap-cakap dalam suasana hangat. Ratna telah melupakan persoalannya denga suaminya Rio. Tertawa-tawa ia mendengar gurauan Sutiran.

“Tak usahlah di dengar perkataan Rio itu…, anggap saja tak pernah ada…”ujar Sutiran perlahan.
“Sayangkan, cantik-cantik begini cepat menjadi keriput oleh pikiran mengenai hal-hal itu….”tambahnya.
“Kamu masih muda, kalau Rio sudah tak suka lagi masih banyak lelaki ganteng bisa kamu dapatkan….”suara itu terdengar lembut merasuk hati Ratna.

Usapan tangan Sutiran pada rambutnya ikut menambah pengaruh atas perkataannya. Tangan Sutiran turun, menggapai dagu Ratna. Mengangkatnya sehingga mereka bertatapan

“Bersenang-senang sedikit kan tak salah…………..”senyum Sutiran.

Ratna terpukau oleh kata-kata Sutiran barusan. Meresapi dan menyelami maknanya. Tiba-tiba tergagap ia saat bibirnya telah di kecup dan di cium oleh Sutiran. Pikirannya kembali tak memahami artinya. Tetapi ia dapat menerka ujungnya.

“Kok mas jadi begini………….?”tanyanya heran bercampur bingung.
“Tak usah ditanyakan,………..”tukas Sutiran.
“Bukan begini,…..inii ga boleh mas…..”sahut Ratna mendorong Sutiran yang terus maju.
“Mmhh………………………….”ucapannya terputus oleh lumatan bibir Sutiran yang merangsek terus maju.

Tindakan Ratna mendorong tersebut bukannya menyebabkan Sutiran terdorong, malah menbuat dirinya sendiri terdorong rebah di sofa. Tubuh Sutiran ikut rebah menindih tubuh sintalnya.

Ratna mengerakkan kepalanya kekiri dan ke kanan menghindari bibir Sutiran yang merangsek maju. Kakinya menendang-nendang yang malah menyibakkan roknya tersingkap lebih ke atas. Sutiran makin kerasukan. Ditariknya blouse Ratna dalam sebuah sentakan, memutus seluruh kancingnya, memampangkan kemulusan kulit tubuhnya di depan mata Sutiran. Dengan sebuah sentakan kembali kait pengingat bra penutup payudaranya putus, menggetarkan bulatan padat kembar itu ke udara.

“Ja….jangan …mas ouh…………..”pinta Ratna. Ucapannya tenggelam dalam lumatan bibr Sutiran pada puncak Buah dadanya. Dengan ahli di kulum dan di lumatnya. Ratna tak kuasa berteriak, bibirnya kelu oleh rasa geli yang tidak biasanya. Lidah Sutiran bermain pada puncak dadanya dengan tekun. Tangan kiri Sutiran turu dan menemukan batang paha yang mulus, mengelus dan merabanya dengan perlahan dari lutut menuju ke atas. Berhenti pada karet celana dalam satin yang di kenakan Ratna. Menggenggam karet tersebut, menyentakkannya dengan kuat. Putuslah sudah pelindumg terakhir yang dikenakabn Ratna. Tubuh bagian atasnya telah telanjang, roknya teleh tersingkap ke pinggang sedangkan celana dalamnya pun bernasib serupa meninggalkan pemiliknya dalam ketelanjangan.

Kedua tangan Ratna yang tadi mencengkram bahu Sutiran, kini telah menggerumasi rambut cepak Sutiran. Larut dalam gelora birahi yang dengan sangat ahli dibangkitkan oleh lelaki berwajah garang itu.

Tiba-tiba Sutiran menarik tubuh sintal Ratna,membopongnya menuju kamar tidur dan langsung merebahkannya di kasur. Dan dengan cepat wajahnya meluruk ke bawah, menuju pertemuan ke dua paha yang mengatup erat. Menjilati kedua batang paha tersebut denga lidahnya yang kasap. Mulai dari bagian luar ke bagaian dalam, menjalar terus naik menemukan segitiga terbalut bulu halus yang menghitam. Menjilat disana…!!!

Perlahan kedua paha tersebut membuka menghindari kegelian perlakuan lidah Sutiran. Dan justru itulah yang di kehendaki oleh Sutiran.

“Ahhhh……..mass………………”jerit Ratna saat lidah kasap Sutiran menjelajahi miliknya paling pribadi. Mencucupi kelembutan memerah muda yang terbit. Tubuh sintalnya melenting dalam posisi terduduk mengangkang. Napasnya tersengal-sengal. Dengan mata berlinang ia pasrah pada kehendak tubuhnya yang menyambut setiap gerakan lidah Sutiran.

Kedua tangan Sutiran tak tinggal diam meremas dan mengelus bongkahan padat dada Ratna.memilin putingnya dengan lembut. Menyebabkan tubbuh mulus Ratna mengerinjal-gerinjal ke-sangat-gelian. Pinggulnya bergerak demonstratif mengimbangi liiarnya lidah Sutiran. Mengayun maju mundur pada.setiap gelitikan lidah Sutiran pada liang kewanitaannya yang telah basah.

Sutiran bangkit. Melepas singlet dan sarungnya, memprtontonkan tonjolan berototnya menjulang bak tugu. Menarik pinggul Ratna mendekat kearahnya. Membuka kedua kaki tersebut melebar. Menempatkan batang tegarnya di permukaan lepitan kewanitaan Ratna.

“Ahhhh…………………………….”pekik Ratna saat ujung membola batang Sutiran membelah lepitan kewanitaannya. Menguakkannya agar dapat masuk. Memaksanya mengembang…..

Ratna tersengal-sengal merasakan ujung membola tersebut menggerus permukaan lembut di dalam kewanitaannya. Sutiran bergerak kembali. Mendorong dengan paksa…

Terasa olehnya betapa kelembutan basah kewanitaan Ratna mencekal laju batang tegarnya. Sambil memegang pinggul Ratna denga kedua tangannya, Sutiran bergerak lebih kuat dari sebelumnya. Mendorongkan batang tegaknya lebih dalam. Terasa berderik-derik lingkaran cincin di dalam kewanitaan Ratna sepanjang perjalanan batang tegar tersebut. Terus maju perlahan tapi pasti…

“Ahhhh…………………………..”pekir Ratna kembali dengan biji mata yang kelihatan putihnya saja. Tubuhnya lemas dan ambruk dari posisi duduknya, rebah terlentang di atas kasur.

‘Bukan main………hebat……….’batin Ratna merasakan momen yang baru saja di alaminya.

Sutiran mulai bergerak. Dalam posisinya berdiri di atas lantai dan Ratna yang rebah di kasur memberikan keleluasaan baginya untuk memompa. Tubuh tegapnya bergerak ritmis. Konstan mengayun pinggulnya. Memenuhi kehendak mendasar setiap manusia. Manggali se dalam-dalamnya sumur kenikmatan fana.

Ratna hanya bisa tersengal-sengal. Berkali-kali tubuhnya menggerinjal dengan kepala yang terlempar kekiri dan kekanan. Rambutnya telah awut-awutan dengan tubuh yang di penuhi butir-butir keringat. Seksi sekali pemandangan yang ada di hadapan Sutiran saat itu.Sungguh luar biasa rasa nikmat yang menderanya kali ini. Menerbangkannya dengan cepat menuju puncak.

“Ouh…….ohhh………………….”erang Ratna lirih. Kedua tangannya mencengkeram sprey ranjang, menariknya dengan gemas.

Sutiran terus memeompa,makin lama makin cepat. Menghujamkan batang berototnya semakin cepat. Di selingi kecipak kecipak seksi mengalun dari perbenturan kulit mereka.

“Ahhhhh…..mfhh..,ouhhhhhh……….”pekik Ratna terputus-putus. Puncak kenikmatan yang datang bergemuruh menyeretnya dalam gulungan rasa tak terkira. Melambungkan emosinya ke titik tertinggi yang pernah di raihnya. Tubuhnya mengejang,,bergetar dna menggeliat liar diatas kasur. Otot melingkar di dalam liang kewanitaannya berdenyut d-denyut, seolah-olah mengurut dan memeras urat berotot milik Sutiran yang bergerak terus maju mundur bak paku bumi.

“Uhfh…………………………”Sutiran melenguh merasakan pijatan otot melingkar dalam kewwanitaan Ratna mencekal erat batang berototnya ketat sekali seolah olah belitan ular pada mangsanya. Tapi ia terus bergerak…., menyempurnakan pencapaiannya.

Ratna yang telah terbaring lemas kambali tergelitik dengan cepat gejolak birahinya. Di gapainya tangan Sutiran dan kembali berada pada posisi duduk. Memandang dengan takjub pada selangkangannya yang sedang ‘di bor’ oleh otot berurat milik Sutiran. Keluar masuk tak henti-henti dalam gerak yang konstan. Pandangan Ratna sesekali beralih pada wajah Sutiran yang sedang serius konsen menggerakkan pinggulnya sambil menggeretukkan giginya, menahan agar ia tak terpancur lepas terlebih dahulu.

Tak merasa cukup, Ratna menggapai pinggang Sutiran dan mencengkeramnya kuat. Mulai dengan perlahan mengayun pinggulnya berlawanan arah dengan Sutiran. Berusaha menggandakan rasa nikmat yang timbul. Kedua kakinya melingkar di belakang Sutiran, saling berkait untuk mengunci. Napas keduanya telah memburu hebat.Gerakan mereka seirama makin lama makin cepat dan akhirnya…

“Ahhh……..Ahh……Ngghhhh………..”pekikan dan rengekan tak putus-putus keluar dari bibirmungil Ratna. Tubuhnya mengejang dengan mata mendelik. Puncak yang lebih dahsayat menggulung emosinya bergemuruh bak datangnya gelombang air bah. Melontarkan tubuhnya ke langit berwarna warni, melayang –layang dalam buaian lembut.yang tak pernah di capainya sebelumnya.Tak kuasa menahankan rasa yang demikian hebat, didigigitnya dada bidang Sutiran….!!!!

“Mmfh…………Rrghh…………………”geram Sutiran menyentakkan tubuhnya. Membenamkan btang berototnya sedalam-dalamnya pada liang kewanitaan Ratna, sambil mencengkearam kuat pinggul berbentuk indah itu.. Tersentak-sentak tubuhnya saat materi hangat dan kental miliknya menyembur secara sproradis, membasahi liang sempit tersebut. Tubuhnya pun ambruk menimpa tubuh putih Ratna yang telah basah di sana sini. Terdiam mereka dalam keheningan. Menikmati rasa yang tersisa dan keletihan yang amat sangat.

Setelah menyadari, Ratna sesengukan, dirnya telah ternoda. Pikirannya berkecamuk bingung antara harga diri dan reaksi tubuhnya atas perlakuan Sutiran. Sangat kontradiktif. Tapi apalah artinya nasi telah jadi bubur. Akhirnya dengan tubuh lunglai ia mengemasi pakaiannya, melangkah pelan dalam kegelapan malam.

Setibanya di rumah segera ia mandi dan membersihkan sisa-sisa persetubuhan liarnya dengan Sutiran. Langsung ia tertidur nyenyak.

Hari-hari selanjutnya Ratna kembali bekerja seperti biasanya, hanya sikapnya lebih banyak diam. Pikirannya melayang pada peristiwa beberapa hari lalu. I a sungguh merasa harga dirinya terkoyak-koyak. Tetapi anehnya ia sangat menikmati perlakuan Sutiran. Masih berbekas rasanya jamahan lelaki itu pada dadanya, lidahnya yang liar bergerak dalam liang kewanitaannya. Dan batang berototnya serasa masih berada dalam cekalan penuh liang kewanitaannya. Tak disadarinya gairahnya kembali tergelitik.

“Halo, bisa bicara dengan Briptu Sutiran………” sura Ratna terdebgan bergeletar di telepon.
“Sebentar bu, dengan siapa ya………………..?” sahut penerima di sana.
“Dari ibu Ratna……………………………………”jawab Ratna cepat.
“Sebentar bu……………………………………..” terdengar seuara memanggil Sutiran di kejauhan.
“Halo………………………………………………”terdengar suara yang akrab di telinganya.
“Dengan Briptu Sutiran………………………….?”Tanya Ratna.
“Betul……………………………………………...” tukas sipenerima singkat.
“Mas, aku Ratna….masih ingat kan…………...?”ujar Ratna.
“Jelas dan takkan pernah lupa…………………”sahut nya tegas.
“Mas, nghhh……..aku ada perlu……………….”ujar Ratna terbata-bata.
“Hmmmm………………………………………...” gumam Sutiran.
“Aku ke rumah nanti sore………………………” cepat sekali perkataan tersebut keluar dari mulut mungil Ratna.
“Siap-siap ya……………………………………..”tambah Ratna seraya menutup pembicaraan tersebut.

Terdiam dan bingung Sutiran memegang gagang telepon tersebut. Namun akhirnya ia tersenyum simpul dan meletakkan gagang telepon tersebut.

‘Hmm……..pasti Ratna menginginkan kejadian sore itu terulang kembali……’batinnya girang. Melangkah sambil bersiul-siul ia kembali menuju mejanya. Dapat ia bayangkan betapa tubuh telanjang Ratna menggeliat-geliat dalam pelukannya.

Sejak saat itu Ratna jatuh pada keperkasaan Sutiran dan merekapun sering melakukan persetubuhan di rumah Sutiran. Kadang mereka mereka melakukan di Tawangmangu jika Rio sedang keluar kota. Ratnapun akhirnya bertekuk lutut pada kehebatan Sutiran diatas ranjang dan seolah ketagihan terus untuk melakukannya berulang kali. Sutiran seperti mendapat durian runtuh, karena selain birahinya dapat tersalurkan juga ia sering memanfaatkan Ratna secara finansial, tak jarang ia meminta sejumlah uang untuk keperluannya. Sedang Rio suami Ratna tidak mengetahui perselingkuhan itu .

PERSELINGKUHAN ISTRI SETIA

Mungkin pembaca bertanya-tanya kenapa aku
menceritakan kisah yang sebenarnya memalukan
bila diketahui orang lain ini? Aku sendiri
sesungguhnya juga bingung kenapa aku nekad
menceritakan kisah ini pada para pembaca. Tetapi yang jelas seperti ada sensasi tersendiri yang kurasakan bila kisah gila ini dapat dibaca oleh banyak orang. Apalagi melalui internet, identitasku jelas tidak akan diketahui oleh orang lain.

Sebelum kupaparkan kisah gilaku ini, ada baiknya aku memperkenalkan sedikit identitasku pada para pembaca. Agar ketika membaca kisah nyata ini, para pembaca mempunyai bayangan yang jelas bagaimana pelaku (sekaligus penulis) dalam kisah yang sangat sensasional ini.

Sebut saja namaku Riri, seorang wanita yang saat ini berusia 27 tahun dan telah bersuami. Menurut banyak teman, aku adalah seorang perempuan yang cukup cantik dengan kulit putih bersih. Walaupun demikian, postur tubuhku sebenarnya terhitung ramping dan kecil. Tinggi badanku hanya 154 cm. Tetapi meskipun bertubuh ramping, pantatku cukup bulat dan berisi. Sedangkan buah dadaku yang hanya berukuran 34 juga nampak padat dan serasi dengan bentuk tubuhku.

Aku bekerja sebagai karyawati staf accounting pada sebuah toserba yang cukup besar di kotaku. Sehingga aku mengenal banyak relasi dari para pekerja perusahaan lain yang memasok barang ke toko tempatku bekerja. Dari sinilah kisah yang akan kupaparkan ini terjadi.

Sebagai seorang istri, aku sebenarnya merupakan tipe istri yang sangat setia pada suami. Aku selalu berprinsip, tidak ada lelaki lain yang menyentuh hati dan tubuhku, kecuali suamiku yang sangat kucintai. Dan sebelum kisah ini terjadi, aku memang selalu dapat menjaga kesetiaanku. Jangankan disentuh, tertarik dengan lelaki lain pun merupakan pantangan bagiku.

Tetapi begitulah, beberapa bulan terakhir, justru suamiku mempunyai khayalan gila. Ia seringkali mengatakan padaku, ia selalu terangsang jika membayangkan diriku bersetubuh dengan lelaki lain. Entahlah, mungkin ia terpengaruh dengan cerita kawan-kawannya. Atau mungkin juga termakan oleh bacaan-bacaan seks yang sering dibacanya. Pada awalnya, aku jengkel setiap kali ia mengatakan hal itu padaku. Namun lama kelamaan, entah kenapa, aku juga mulai terangsang oleh khayalan-khayalannya.

Setiap ia mengatakan dirinya ingin melihat aku digumuli lelaki lain, tiba-tiba dadaku berdebar-debar. Tanda kalau aku juga mulai terangsang dengan fantasinya itu. Bersamaan dengan itu di toko tempatku bekerja, aku semakin akrab dengan seorang karyawan perusahaan distribusi yang biasa datang memasok barang. Sebutlah namanya Mas Roni. Ia seorang lelaki berbadan tinggi besar dan cukup atletis, tingginya lebih dari 180 cm. Sedang usia sekitar 35 tahun. Sungguh aku tidak pernah mempunyai pikiran atau perasaan tertarik padanya.

Pada awalnya hubunganku, biasa-biasa saja. Keakrabanku sebatas hubungan kerja. Namun begitulah, Mas Roni yang berstatus duda itu selalu bersikap baik padaku. Kuakui pula, ia merupakan pria yang simpatik. Ia sangat pandai mengambil hati orang lain. Begitu perhatiannya pada diriku, Mas Roni seringkali memberikan hadiah padaku. Misalnya pada saat lebaran dan tahun baru, Mas Roni memberiku bonus yang cukup besar. Padahal karyawan lain di tokoku tidak satupun yang mendapatkannya. Bahkan saat datang ke tokoku, ia kadang bersedia membantu pekerjaanku. Mas Roni dapat saja melakukan itu sebab ia sangat akrab dengan bosku.

Hingga suatu ketika, sewaktu aku sedang menghitung keuangan bulanan perusahaan, tiba-tiba Mas Roni muncul di depan meja kerjaku.

“Aduh sibuknya, sampai nggak lihat ada orang datang,” sapa Mas Roni klise.
“Eh, sorry Mas, ini baru ngitung keuangan akhir bulan,” jawabku.
“Jangan terlalu serius, nanti nggak kelihatan cakepnya lho..!” Mas Roni masih bergurau.
“Ah, Mas Roni bisa aja,” aku menjawab pendek sambil tetap berkonsentrasi ke pekerjaanku.

Setelah itu seperti biasanya, di sela-sela pekerjaanku, aku dan Mas Roni mengobrol dan bersendau-gurau ke sana kemari. Tidak terasa sudah satu jam aku mengobrol dengannya.

“Ri, aku mau ngasih hadiah tahun baru, Riri mau terima nggak?” tanyanya tiba-tiba.
“Siapa sih yang nggak mau dikasih hadiah. Mau dong, asal syaratnya hadiahnya yang banyak lho,” jawabku bergurau.
“Aku juga punya syarat lho Ri. Hadiah itu akan kuberikan kalau Riri mau memejamkan mata. Mau nggak?” tanyanya lagi.
“Serius nih? Oke kalau cuman itu syaratnya aku mau,” kataku sambil memejamkan mata.
“Awas jangan buka mata sampai aku memberi aba-aba..!” kata Mas Roni lagi.

Sambil terpejam, aku penasaran hadiah apa yang akan diberikannya. Tetapi, ya ampun, pada saat mataku terpejam, tiba-tiba aku merasakan ada benda yang lunak menyentuh bibirku. Tidak hanya menyentuh, benda itu juga melumat bibirku dengan halus. Aku langsung tahu, Mas Roni tengah menciumku. Maka aku langsung membuka mata. Dari sisi meja di hadapanku, Mas Roni membungkuk dan menciumi diriku. Tetapi anehnya, setelah itu aku tidak berusaha menghindar.

Untuk beberapa lama, Mas Roni masih melumat bibirku. Kalau mau jujur aku juga ikut menikmatinya. Bahkan beberapa saat secara refleks aku juga membalas melumat bibir Mas Roni. Sampai kemudian aku sadar, lalu kudorong dada Mas Roni hingga ia terjengkang ke belakang.

“Mas, seharusnya ini nggak boleh terjadi,” kataku dengan nada tergetar menahan malu dan sungkan yang menggumpal di hatiku. Mas Roni terdiam beberapa saat.
“Maaf Ri, mungkin aku terlalu nekat. Seharusnya aku sadar kamu sudah menjadi milik orang lain. Tetapi inilah kenyataannya, aku sangat sayang padamu Ri,” ujarnya dengan lirih sambil meninggalkanku.

Seketika itu aku merasa sangat menyesal. Aku merasa telah menghianati suamiku. Tetapi uniknya peristiwa semacam itu masih terulang hingga beberapa kali. Beberapa kali kesempatan Mas Roni berkunjung ke tokoku, ia selalu memberiku ‘hadiah’ seperti itu. Tentu, itu dilakukannya jika kawan-kawanku tidak ada yang melihat. Meskipun pada akhirnya aku menolaknya, namun anehnya, aku tidak pernah marah terhadap tindakan Mas Roni itu.

Entahlah, aku sendiri bingung. Aku tidak tahu, apakah ini dikarenakan pengaruh khayalan suamiku yang terangsang jika membayangkan aku berselingkuh. Ataukah karena aku jatuh cinta pada Mas Roni. Sekali lagi, aku tidak tahu. Bahkan dari hari ke hari, aku semakin dekat dan akrab dengan Mas Roni.

Hingga pada suatu saat, Mas Roni mengajakku jalan-jalan. Awalnya aku selalu menolaknya. Aku khawatir kalau kedekatanku dengannya menjadi penyebab perselingkuhan yang sebenarnya. Tetapi karena ia selalu mendesakku, akhirnya aku pun menerima ajakkannya. Tetapi aku mengajukan syarat, agar salah seorang kawan kerjaku juga diajaknya. Dengan mengajak kawan, aku berharap Mas Roni tidak akan berani melakukan perbuatan yang tidak-tidak.

Begitulah, pada hari Minggu, aku dan Mas Roni akhirnya jadi berangkat jalan-jalan. Agar suamiku tidak curiga, aku katakan padanya, hari itu aku ada lemburan hingga sore hari. Selain aku dan Mas Roni, ikut juga kawan kerjaku, Yani dan pacarnya. Oh ya, berempat kami mengendarai mobil inventaris perusahaan Mas Roni. Berempat kami jalan-jalan ke suatu lokawisata pegunungan yang cukup jauh dari kotaku. Kami sengaja memilih tempat yang jauh dari kotaku, agar tidak mengundang kecurigaan tetangga, keluarga dan terutama suamiku.

Setelah lebih dari satu jam kami berputar-putar di sekitar lokasi wisata, Mas Roni dan pacar Yani mengajak istirahat di sebuah losmen. Yani dan pacarnya menyewa satu kamar, dan kedua orang itu langsung hilang di balik pintu tertutup. Maklum keduanya baru dimabuk cinta. Aku dengan suamiku waktu pacaran dulu juga begitu, jadi aku maklum saja.

Mas Roni juga menyewa satu kamar di sebelahnya. Aku sebenarnya juga berniat menyewa kamar sendiri tetapi Mas Roni melarangku.
“Ngapain boros-boros, kalau sekedar istirahat satu kamar saja. Tuh, bed-nya ada dua,” ujarnya.

Akhirnya aku mengalah. Aku numpang di kamar yang disewa Mas Roni.

Kami mengobrol tertawa cekikikan membicarakan Yani dan pacarnya di kamar sebelah. Apalagi, Yani dan pacarnya seperti sengaja mendesah-desah hingga kedengaran di telinga kami. Sejujurnya aku deg-degan juga mendengar desahan Yani yang mirip dengan suara orang terengah-engah itu. Entah kenapa dadaku semakin berdegup kencang ketika aku mendengar desahan Yani dan membayangkan apa yang sedang mereka lakukan di kamar sebelah. Untuk beberapa saat, aku dan Mas Roni diam terpaku.

Tiba-tiba Mas Roni menarik tanganku hingga aku terduduk di pangkuan Mas Roni yang saat sedang duduk di tepi tempat tidur. Tanpa berkata apa-apa dia langsung mencium bibirku. Aku tidak sempat menghindar, bahkan aku juga membiarkan ketika bibir dan kumis Mas Roni menempel ke bibirku hingga beberapa saat. Dadaku semakin berdegup kencang ketika kurasakan bibir Mas Roni melumat mulutku. Lidah Mas Roni menelusup ke celah bibirku dan menggelitik hampir semua rongga mulutku. Mendapat serangan mendadak itu darahku seperti berdesir, sementara bulu tengkukku merinding.
Namun tiba-tiba timbul kesadaranku. Kudorong dada Mas Roni supaya ia melepas pelukannya pada diriku.

“Mass, jangan Mas, ini nggak pantas kita lakukan..!” kataku terbata-bata.

Mas Roni memang melepas ciumannya di bibirku, tetapi kedua tangannya yang kekar dan kuat itu masih tetap memeluk pinggang rampingku dengan erat. Aku juga masih terduduk di pangkuannya.

“Kenapa nggak pantas, toh aku sama dengan suamimu, yaitu sama-sama mencintaimu,” ujar Mas Roni yang terdengar seperti desahan.

Setelah itu Mas Roni kembali mendaratkan ciuman. Ia menjilati dan menciumi seluruh wajahku, lalu merembet ke leher dan telingaku. Aku memang pasif dan diam, namun perlahan tapi pasti nafsu birahi semakin kuat menguasaiku. Harus kuakui, Mas Roni sangat pandai mengobarkan birahiku. Jilatan demi jilatan lidahnya di leherku benar-benar telah membuat diriku terbakar dalam kenikmatan. Bahkan dengan suamiku sekalipun aku belum pernah merasakan rangsangan sehebat ini.

Mas Roni sendiri nampaknya juga mulai terangsang. Aku dapat merasakan napasnya mulai terengah-engah. Sementara aku sendiri semakin tidak kuat untuk menahan erangan. Maka aku pun mendesis-desis untuk menahan kenikmatan yang mulai membakar kesadaranku. Setelah itu tiba-tiba tangan Mas Roni yang kekar itu membuka kancing bajuku. Tak ayal lagi, buah dadaku yang berwarna putih bersih itu terbuka di depan Mas Roni. Secara refleks aku masih berusaha berontak.

“Cukup, Mas jangan sampai ke situ. Aku takut,” kataku sambil meronta dari pelukannya.
“Takut dengan siapa Ri, toh nggak ada yang tahu. Percayalah denganku,” jawab Mas Roni dengan napas yang semakin memburu.

Seperti tidak perduli dengan protesku, Mas Roni yang telah melepas bajuku, kini ganti sibuk melepas BH-ku. Meskipun aku masih berusaha meronta, namun itu tidak berguna sama sekali. Sebab tubuh Mas Roni yang besar dan kuat itu mendekapku sangat erat.

Kini, dipelukan Mas Roni, buah dadaku terbuka tanpa tertutup sehelai kain pun. Aku berusaha menutupi dengan mendekapkan lengan di dadaku, tetapi dengan cepat tangan Mas Roni memegangi lenganku dan merentangkannya. Setelah itu Mas Roni mengangkatku dan merebahkannya di tempat tidur. Tanpa membuang waktu, bibir Mas Roni melumat salah satu buah dadaku, sementara salah satu tangannya juga langsung meremas-remas buah dadaku yang lainnya. Bagai seekor singa buas ia menjilati dan meremas buah dada yang kenyal dan putih ini.

Kini aku tidak dapat berbuat apa-apa lagi selain megap-megap dan mengerang karena kenikmatan yang mencengkeram diriku. Aku menggeliat-geliat seperti cacing kepanasan karena rasa geli dan nikmat ketika bibir dan lidah Mas Roni menjilat dan melumat puting susuku.

“Ri, da.. dadamu putih dan in.. indah sekali. A.. aku makin nggak ta.. tahan.., sayang..,” kata Mas Roni terputus-putus karena nafsu birahi yang semakin memuncak.

Kemudian Mas Roni juga menciumi perut dan pusarku. Dengan lidahnya, ia pandai sekali menggelitik buah dada hingga perutku. Sekali lagi aku hanya mendesis-desis mendapat rangsangan yang menggelora itu. Kemudian tanpa kuduga, dengan cepat Mas Roni melepaskan celana dan celana dalamku dalam satu tarikan. Lagi-lagi aku berusaha melawan, tetapi dengan tubuh besar dan tenaga kuat yang dimiliki Mas Roni, dengan mudah ia menaklukkan perlawananku.

Sekarang tubuhku yang ramping dan berkulit putih ini benar-benar telanjang total di hadapan Mas Roni. Sungguh, aku belum pernah sekalipun telanjang di hadapan lelaki lain, kecuali di hadapan suamiku. Sebelumnya aku juga tidak pernah berpikir melakukan perbuatan seperti ini. Tetapi kini, Mas Roni berhasil memaksaku, sementara aku seperti pasrah saja tanpa daya.

“Mas, untuk yang satu ini jangan Mas, aku tidak ingin merusak keutuhan perkawinanku..!” pintaku sambil meringkuk di atas tempat tidur, untuk melindungi buah dada dan kewanitaanku yang kini tanpa penutup.

“Ri.. apa.. kamu.. nggak kasihan padaku sayang.., aku sudah terlanjur terbakar.., aku nggak kuat lagi, sayang. Please, aku.. mohon,” kata Mas Roni masih dengan terbata-bata dan wajah yang memelas.

Entah karena aku tidak tega atau karena aku sendiri juga sudah terbakar birahi, aku diam saja ketika Mas Roni kembali menggarap tubuhku. Bibir dan salah satu tangannya menggarap kedua buah dadaku, sementara tangan yang satunya lagi mengusap-usap paha dan selangkangan kakiku. Mataku benar-benar merem-melek merasakan kenikmatan itu. Sementara napasku juga semakin terengah-engah.

Tiba-tiba saja Mas Roni beranjak dan dengan cepat melepas semua pakaian yang menempel di tubuhnya. Kini ia sama denganku telanjang bulat-bulat. Ya ampun, aku tidak dapat percaya, kini aku telanjang dalam satu kamar dengan lelaki yang bukan suamiku, ohh. Aku melihat tubuh Mas Roni yang memang atletis, besar dan kekar. Ia jauh lebih tinggi dan lebih besar dibanding suamiku yang berperawakan sedang-sedang saja.

Tetapi yang membuat dadaku berdegup lebih keras adalah benda di selangkangan Mas Roni. Benda yang besarnya hampir sama dengan lenganku itu berwarna coklat tua dan kini tegak mengacung. Panjangnya kutaksir tidak kurang dari 22 cm, atau hampir dua kali lipat dibanding milik suamiku, sementara besarnya sekitar 3 sampai 4 kali lipatnya. Sungguh aku hampir tidak percaya ada batang lelaki sebesar dan sepanjang itu. Perasaanku bercampur baur antara ngeri, gemas dan penasaran.

Kini tubuh telanjang Mas Roni mendekapku. Darahku seperti terkesiap ketika merasakan dada bidang Mas Roni menempel erat dadaku. Ada sensasi hebat yang melandaku, ketika dada yang kekar itu merapat dengan tubuhku. Ohh, baru kali ini kurasakan dekapan lelaki lain selain suamiku. Ia masih terus menciumi sekujur tubuhku, sementara tangannya juga tidak kenal lelah meremas-remas buah dadaku yang semakin kenyal. Sekali lagi, sebelumnya tidak pernah kurasakan sensasi dan rangsangan sedahsyat ini.

Aku tersentak ketika kurasakan ada benda yang masuk dan menggelitik liang kewanitaanku. Ternyata Mas Roni nekat memasukkan jari tangannya ke celah kewanitaanku. Ia memutar-mutarkan telunjuknya di dalam liang kewanitaanku, sehingga aku benar-benar hampir tidak kuat lagi menahan kenikmatan yang menderaku. Mendapat serangan yang luar biasa nikmat itu, secara refleks aku memutar-mutarkan pantatku. Toh, aku masih berusaha menolaknya.

“Mas, jangan sampai dimasukkan jarinya, cukup di luaran saja..!” pintaku.

Tetapi lagi-lagi Mas Roni tidak menggubrisku. Ia selanjutnya menelusupkan kepalanya di selangkanganku, lalu bibir dan lidahnya tanpa henti melumat habis kewanitaanku. Aku tergetar hebat mendapat rangsangan ini. Tidak kuat lagi menahan kenikmatan itu, tanpa sadar tanganku menjambak rambut Mas Roni yang masih terengah-engah di selangkanganku. Kini aku benar-benar telah tenggelam dalam birahi.

Ketika kenikmatan birahi benar-benar menguasaiku, dengan tiba-tiba, Mas Roni melepaskanku dan berdiri di tepi tempat tidur. Ia mengocok-ngocok batang kejantanannya yang berukuran luar biasa tersebut.

“Udah hampir setengah jam, dari tadi aku terus yang aktif, capek nih. Sekarang ganti kamu dong Ri yang aktif..!” kata Mas Roni.
“Aku nggak bisa, Mas. Lagian aku masih takuut..!” jawabku dengan malu-malu.
“Oke kalau gitu pegang aja iniku, please, aku mohon, Ri..!” ujarnya sambil menyodorkan batang kejantanan besar itu ke hadapanku.

Dengan malu-malu kupegang batang yang keras dan berotot itu. Lagi-lagi dadaku berdebar-debar dan darahku berdesir ketika tanganku mulai memegang kejantanan Mas Roni. Sejenak aku sempat membayangkan, bagaimana nikmatnya jika batang yang besar dan keras itu dimasukkan ke liang kewanitaan perempuan.

“Besaran mana dengan milik suamimu Ri..?” goda Mas Roni.

Aku tidak menjawab walau dalam hati aku mengakui, kejantanan Mas Roni jauh lebih besar dan lebih panjang dibanding milik suamiku.
“Diapakan nih Mas..? Sumpah aku nggak bisa apa-apa,” kataku sambil menggenggam batang kejantanan Mas Roni.
“Oke, biar gampang, dikocok aja, sayang. Bisakan..?” jawab Mas Roni lembut.

Dengan dada berdegup kencang, kukocok perlahan-lahan kejantanan yang besar milik Mas Roni. Ada sensasi tersendiri ketika aku mulai mengocok buah zakar Mas Roni yang sangat besar tersebut. Gila, tanganku hampir tidak cukup menggenggamnya. Aku berharap dengan kukocok kejantanannya, sperma Mas Roni cepat muncrat, sehingga ia tidak dapat berbuat lebih jauh terhadap diriku.

Mas Roni yang kini telentang di sampingku memejamkan matanya ketika tanganku mulai naik-turun mengocok batang kekarnya. Napasnya mendengus-dengus, tanda kalau nafsunya mulai meningkat lagi. Aku sendiri juga terangsang melihat tubuh tinggi besar di hadapanku seperti tidak berdaya dikuasai rasa nikmat. Tiba-tiba ia memutar tubuhnya, sehingga kepalanya kini tepat berada di selangkanganku, sebaliknya kepalaku juga menghadap tepat di selangkangannya. Mas Roni kembali melumat liang kewanitaanku. Lidahnya menjilat-jilat tanpa henti di rongga kewanitaanku. Sementara aku sendiri masih terus mengocok batang kejantanan Mas Roni dengan tanganku.

Kini, kami berdua berkelejotan, sementara napas kami juga semakin memburu. Setelah itu Mas Roni beranjak, lalu dengan cepat ia menindihku. Dari kaca lemari yang terletak di sebelah tempat tidur, aku dapat melihat tubuh rampingku seperti tenggelam di kasur busa ketika tubuh Mas Roni yang tinggi besar tersebut mulai menindihku. Dadaku deg-degan melihat adegan kami melalui kaca lemari itu. Gila, kini aku yang telanjang digumuli oleh lelaki yang juga sedang telanjang, dan lelaki itu bukan suamiku.

Mas Roni kembali melumat bibirku. Kali ini teramat lembut. Gila, aku bahkan tanpa malu lagi mulai membalas ciumannya. Lidahku kujulurkan untuk menggelitik rongga mulut Mas Roni. Mas Roni terpejam merasakan seranganku, sementara tangan kekarnya masih erat memeluk tubuhku, seperti tidak akan dilepaskan lagi.

Bermenit-menit kami terus berpagutan saling memompa birahi masing-masing. Peluh kami mengucur deras dan berbaur di tubuhku dan tubuh Mas Roni. Dalam posisi itu tiba-tiba kurasakan ada benda yang kenyal mengganjal di atas perutku. Ohh, aku semakin terangsang luar biasa ketika kusadari benda yang mengganjal itu adalah batang kejantanan Mas Roni. Tiba-tiba kurasakan batang zakar itu mengganjal tepat di bibir liang kewanitaanku. Rupanya Mas Roni nekat berusaha memasukkan batang kejantanannya ke kewanitaanku. Tentu saja aku tersentak.

“Mas.. Jangan dimasukkan..! Jangan dimasukkan..!” kataku sambil tersengal-sengal menahan nikmat.

Aku tidak tahu apakah permintaanku itu tulus, sebab di sisi hatiku yang lain sejujurnya aku sangat ingin merasakan betapa nikmatnya ketika batang kejantanan yang besar itu masuk ke liang kewanitaanku.

“Oke.. kalau nggak boleh dimasukkan, kugesek-gesekkan di bibirnya saja, yah..?” jawab Mas Roni juga terengah-engah.

Kemudian Mas Roni kembali memposisikan ujung kejantanannya tepat di celah kewanitaanku. Sungguh aku deg-degan luar biasa ketika merasakan kepala kejantanan itu menyentuh bibir kewanitaanku. Namun karena batang zakar Mas Roni memang berukuran super besar, Mas Roni sangat sulit memasukannya ke dalam celah lepitan kewanitaanku. Padahal, jika aku bersetubuh dengan suamiku, kejantanan suamiku masih terlalu kekecilan untuk ukuran liang senggamaku.

Setelah sedikit dipaksa, akhirnya ujung kejantanan Mas Roni berhasil menyeruak lepitan kewanitaanku. Ya ampun, aku menggeliat hebat ketika ujung kejantanan kekar itu mulai menerobos masuk. Walaupun mulanya sedikit perih, tetapi selanjutnya rasa nikmatnya sungguh tiada tara. Seperti janji Mas Roni, kejantanannya yang berukuran jumbo itu hanya kepalanya saja yang masuk digesek-gesekkan di sepanjang lepitan kewanitaan saja. Meskipun hanya begitu, kenikmatan yang kurasa benar-benar membuatku hampir berteriak histeris. Sungguh batang zakar besar Mas Roni itu luar biasa nikmatnya.

Mas Roni terus menerus memaju-mundurkan batang kejantanannya sebatas di lepitan kewanitaan. Keringat kami berdua semakin deras mengalir, sementara mulut kami terus berpagutan.

“Ayoohh.., ngoommoong Saayaang, giimaanna raasaanyaa..?” kata Mas Roni tersengal-sengal.
“Oohh.., teerruss.. Maass.. teeruuss..!” ujarku sama-sama tersengal.

Entah bagaimana awal mulanya, tiba-tiba kurasakan batang kejantanan yang besar itu telah amblas semua ke kewanitaanku. Bless.., perlahan tapi pasti batang kejantanan yang besar itu melesak ke dalam liang kewanitaanku. Kewanitaanku terasa penuh sesak oleh batang kejantanan Mas Roni yang sangat-sangat besar itu.

“Lohh..? Mass..! Dimaassuukiin seemmua yah..?” tanyaku.
“Taangguung, Saayang. Aku nggak tahhann..!” ujarnya dengan terus memompa kewanitaanku secara perlahan.

Entahlah, kali ini aku tidak protes. Ketika batang kejantanan itu amblas semua di kewanitaanku, aku hanya dapat terengah-engah dan merasakan kenikmatan yang kini semakin tertahankan. Begitu besarnya kejantanan Mas Roni, sehingga liang kewanitaanku terasa sangat sempit. Sementara karena tubuhnya yang berat, batang kejantanan Mas Roni semakin tertekan ke dalam kewanitaanku dan melesak hingga ke dasar rongga kewanitaanku. Sangat terasa sekali bagaimana rasanya batang zakar menggesek-gesek dinding kewanitaanku.

Tanpa sadar aku pun mengimbangi genjotan Mas Roni dengan menggoyangkan pantatku. Kini tubuh rampingku seperti timbul-tenggelam di atas kasur busa ditindih oleh tubuh besar Mas Roni. Semakin lama, genjotan Mas Roni semakin cepat dan keras, sehingga badanku tersentak-sentak dengan hebat. Clep.., clep.., clep.., clep.., begitulah bunyi batang zakar Mas Roni yang terus memompa selangkanganku.

“Teerruss Maass..! Aakuu.. nggaak.. kuuaatt..!” erangku berulang-ulang.

Sungguh inilah permainan seks yang paling nikmat yang pernah kurasakan. Aku sudah tidak berpikir lagi tentang kesetiaan terhadap suamiku. Mas Roni benar-benar telah menenggelamkanku dalam gelombang kenikmatan. Persetan, toh suamiku sendiri sering berkhayal aku disetubuhi lelaki lain.

Tidak berapa lama kemudian, aku merasakan rasa nikmat yang luar biasa di sekujur tubuhku. Badanku menggelepar-gelepar di bawah gencetan tubuh Mas Roni. Seketika itu seperti tidak sadar, kucium lebih berani bibir Mas Roni dan kupeluk erat-erat.

“Mmaass.. aakkuu.. haampiirr.. oorrgaassmmee..!” desahku ketika aku hampir menggapai puncak kenikmatan. Tahu kalau aku hampir orgasme, Mas Roni semakin kencang menghunjam-hunjamkan batang kejantanannya ke selangkanganku. Saat itu tubuhku makin meronta-ronta di bawah dekapan Mas Roni yang sangat kuat. Akibatnya, tidak lama kemudian aku benar-benar klimaks!
“Kaalauu.. uudahh.. orrgassme.. ngoommoong.. Saayaang.. biaarr.. aakuu.. ikuut.. puuaass..!” desah Mas Roni.
“Oohh.. aauuhh.. aakkuu.. klimaks.. Maass..!” jawabku.

Seketika dengan refleks tangan kananku menjambak rambut Mas Roni, sedangkan tangan kiriku memeluknya erat-erat. Pantatku kunaikkan ke atas agar batang kejantanan Mas Roni dapat menancap sedalam-dalamnya.

Setelah kenikmatan puncak itu, tubuhku melemas dengan sendirinya. Mas Roni juga menghentikan genjotannya.

“Aku belum keluar, Sayang. Tahan sebentar, ya..! Aku terusin dulu,” ujarnya lembut sambil mencium pipiku.

Gila, aku bisa orgasme walaupun posisiku di bawah. Padahal jika dengan suamiku, untuk orgasme aku harus berposisi di atas dulu. Tentu ini karena Mas Roni yang jauh lebih perkasa dibanding suamiku, selain batangannya yang memang sangat besar dan nikmat luar biasa untuk kewanitaan perempuan.

Meskipun kurasakan sedikit ngilu, kubiarkan Mas Roni memompa terus liang kewanitaanku. Karena lelah, aku pasif saja ketika Mas Roni masih terus menggumuliku. Tanpa perlawanan, kini badanku yang kecil dan ramping benar-benar tenggelam ditindih tubuh besar Mas Roni. Clep.. clep.. clep.. clep. Kulirik ke bawah melihat kewanitaanku yang tengah dihajar batang kejantanan Mas Roni. Gila, kewanitaanku dimasuki kejantanan sebesar itu. Dan lebih gila lagi, batang zakar besar seperti itu ternyata nikmatnya tidak terkira.

Mas Roni semakin lama semakin kencang memompakan kejantanannya. Sementara mulutnya tidak henti-hentinya menciumi pipi, bibir dan buah dadaku. Mendapat rangsangan tanpa henti seperti itu tiba-tiba nafsuku bangkit kembali. Kurasakan kenikmatan merambat lagi dari selangkanganku yang dengan kencang dipompa Mas Roni. Maka aku balik membalas ciuman Mas Roni, sementara pantatku kembali kuputar-putar mengimbangi kejantanan Mas Roni yang masih perkasa menusuk-nusuk liang kewanitaanku.

“Kaamuu ingiin.. lagii.. Rii..?” tanya Mas Roni.
“Eehh..” hanya itu jawabku. Kini kami kembali menggelepar-gelepar bersama.
Tiba-tiba Mas Roni bergulung, sehingga posisinya kini berbalik, aku di atas, Mas Roni di bawah.
“Ayoohh gaannttii..! Kaammuu yang di atass..!” kata Mas Roni.

Dengan posisi di atas tubuh Mas Roni, pantatku kuputar-putar, maju-mundur, kiri-kanan, untuk mengocok batang kejantanan Mas Roni yang masih mengacung di liang kewanitaanku. Dengan agak malu-malu aku juga ganti menjilat leher dan puting Mas Roni. Mas Roni yang telentang di bawahku hanya dapat merem-melek karena kenikmatan yang kuberikan.

“Tuuh.., biisaa kaan..! Kaatanya taa.. dii.. nggak.. bisaa..,” ujar Mas Ronie sambil balas menciumku dan meremas-remas buah dadaku.

Hanya selang lima menit setelah aku berada di atas, lagi-lagi kenikmatan luar biasa datang menderaku. Aku semakin kuat menghunjam-hunjamkan kewanitaanku ke batang kejantanan Mas Roni. Tubuhku yang ramping semakin erat mendekap Mas Roni. Aku juga semakin liar membalas ciuman Mas Roni.

“Maass.. aakuu.. haampiir.. orgasmee.. laggii.. Maass..!” kataku terengah-engah.

Tahu kalau aku akan orgasme kedua kalinya, Mas Roni langsung bergulung membalikku, sehingga aku kembali di bawah. Dengan napas yang terengah-engah, Mas Roni yang telah berada di atas tubuhku semakin cepat memompa selangkanganku. Tak ayal lagi, rasa nikmat tiada tara terasa di sekujur tubuhku. Lalu rasa nikmat itu seperti mengalir dan berkumpul ke selangkanganku. Mas Roni kupeluk sekuat tenaga, sementara napasku semakin tidak menentu.

“Kalauu maau orgasmee ngomong Sayang, biaar leepass..!” desah Mas Roni. Karena tidak kuat lagi menahan nikmat, aku pun mengerang keras.

“Teruss.., teruss.., akuu.. orgasmee Mass..!” desahku, sementara tubuhku masih terus menggelepar-gelepar dalam tindihan tubuh Mas Roni.

Belum reda kenikmatan klimaks yang kurasakan, tiba-tiba Mas Roni mendengus-dengus semakin cepat. Tangan kekarnya mendekapku erat-erat seperti ingin meremukkan tulang-tulangku. Ia benar-benar membuatku tidak dapat bergerak. Napasnya terus memburu. Genjotannya di kewanitaanku juga semakin keras dan cepat. Kemudian tubuhnya bergetar hebat.

“Rii.., akuu.. maauu.. keluuarr Sayang..!” erangnya tidak tertahankan.

Melihat Mas Roni yang hampir keluar, pantatku kuputar-putar semakin cepat. Aku juga semakin erat memeluknya. Crot.. croot.. croot..! Sperma Mas Roni terasa sangat deras muncrat di liang kewanitaanku. Mas Roni memajukan pantatnya sekuat tenaga, sehingga batang kejantanannya benar-benar menancap sedalam-dalamnya di liang kewanitaanku. Aku merasakan liang kewanitaanku terasa hangat oleh cairan sperma yang mengucur dari kejantanan Mas Roni.

Gila, sperma Mas Roni luar biasa banyaknya, sehingga seluruh liang kewanitaanku terasa basah kuyup. Bahkan karena saking banyaknya, sperma Mas Roni belepotan hingga ke bibir kewanitaan dan pahaku. Berangsur-angsur gelora kenikmatan itu mulai menurun.

Untuk beberapa saat Mas Roni masih menindihku, keringat kami pun masih bercucuran. Setelah itu ia berguling di sampingku. Aku temenung menatap langit-langit kamar. Begitupun dengan Mas Roni. Ada sesal yang mengendap dalam hatiku. Kenapa aku harus menodai kesetiaan terhadap perkawinanku, itulah pertanyaan yang bertalu-talu mengetuk perasaanku.

“Maafkan aku, Ri. Aku telah khilaf dengan memaksamu melakukan perbuatan ini,” ujar Mas Roni lirih.

Aku tidak menjawab. Kami berdua kembali termenung dalam alam pikiran masing-masing. Bermenit-menit kemudian tidak sepatah kata pun yang keluar dari mulut kami berdua. Tiba-tiba Yani mengetuk pintu sambil berteriak,

“Hee, sudah siang lho.., ayo pulang..!”

Dengan masih tetap diam, aku dan Mas Roni segera beranjak, berbenah lalu berjalan keluar kamar. Tanpa kata-kata pula Mas Roni mengecup keningku saat pintu kamar akan kubuka.

“Hayo, lagi ngapain kok pintunya pakai ditutup segala..?” kelakar Yani.
“Ah, nggak apa-apa kok, kita cuman ketiduran tadi.” jawabku dengan perasaan malu.

Sementara Mas Roni hanya tersenyum.

“Tenang aja, Mbak Riri. Aku janji nggak akan menceritakan ini ke orang lain kok..!” ujar Yani dengan masih cengengesan.

*****

Begitulah, hingga seminggu setelah kejadian itu rasa sesal masih mendera perasaanku. Selama itu hatiku selalu diketuk pertanyaan, kenapa akhirnya aku harus mengkhianati suamiku. Hanya saja, ketika mulai menginjak minggu kedua, tiba-tiba rasa sesal itu seperti menguap begitu saja. Yang muncul dalam perasaanku kemudian adalah kerinduan pada Mas Roni. Sungguh dadaku sering berdebar-debar lagi setiap kali kuingat kenikmatan luar biasa yang diberikan Mas Roni saat itu. Aku selalu terbayang dengan keperkasaan Mas Roni di atas ranjang, yang itu semua tidak dimiliki suamiku.

Maka setelah itu, kami masih sering jalan-jalan bersama dengan Mas Roni. Bahkan hampir rutin sebulan 2 sampai 4 kali aku dan Mas Roni selalu melepas hasrat bersama. Dan jelas itu lebih menggelora lagi dibanding kencan kami yang pertama. Sementara untuk menyembunyikan itu semua, aku bersikap biasa-biasa saja terhadap suamiku. Ia juga masih sering merangsang diri dengan berfantasi aku disetubuhi lelaki lain. Tetapi ia tidak tahu, sesungguhnya telah ada lelaki lain yang benar-benar telah menyetubuhi isterinya. Dan aku tidak pernah bercerita padanya. Ini hanya menjadi rahasiaku dan rahasia Mas Roni.

Begitulah pembaca, kisah awal mula perselingkuhanku yang menjadi kenangan tersendiri hingga saat ini.
Follow Us

About Us

Advertisment

Like Us

© ONLY 17+ All rights reserved | Theme Designed by Seo Blogger Templates